Air Bersih Sudah di Depan Rumah Warga Sikka, NTT
Oleh SOELASTRI SOEKIRNO
21 Oktober 2020 15:33 WIB
Rasa senang dan bahagia terpancar dari wajah anak-anak Desa Hepang, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, ketika melihat air bersih mengalir dari keran air di depan rumah salah satu warga pada Jumat (16/10/2020). Penantian akan adanya fasilitas air bersih akhirnya membuahkan hasil menggembirakan.
”Terima kasih, Kakak, air sudah mengalir di dekat kami,” ujar Rangga (12), warga Desa Hepang. Teman sekolah dan tetangganya, Chiara (12), juga tak bisa menutupi kegembiraannya. ”Terima kasih, sekarang air sudah dekat. Di depan rumah,” kata Mercy. Keduanya mewakili anak-anak lain di desa itu.
Kegembiraan dan rasa syukur pantas warga desa diungkapkan untuk meluapkan kerinduan selama puluhan tahun untuk bisa mendapat air bersih lebih mudah. Sebelumnya, anak-anak itu setiap sore harus mengambil air dari sungai atau mata air yang berjarak 3-5 kilometer dari rumah mereka.
Selain harus membawa beban berat karena membawa air dalam jeriken sebanyak 3-5 liter, jalan yang mereka tempuh juga naik turun. Kewajiban itu melelahkan bagi anak-anak bertubuh kecil tersebut. Tak hanya itu, mereka pun kehilangan waktu bermain sebab setiap sore punya kewajiban mengambil air untuk minum dan memasak.
Setelah air mudah didapat, anak-anak akan punya waktu untuk bermain dan mandi setiap hari. Para ibu rumah tangga tak lagi kesulitan mendapat air untuk mencuci baju. Mereka juga tak lagi harus susah payah mencari air bersih jika stok air habis, sedangkan anak-anak masih sekolah.
”Saya sangat gembira, sumber air sudah dekat. Terima kasih Wahana Visi Indonesia dan donor lain karena sudah bantu dan memudahkan kami. Air di depan kami sekarang,” ujar Ida, ibu rumah tangga di desa tersebut.
Kelangkaan air, menurut Kepala Desa Hepang Fransiscus Agustinusin, sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu. Semasa kecil, seperti anak-anak lain di desanya, ia juga mendapat tugas mencari air ke mata air atau sungai. Oleh karena waktu itu belum ada jeriken, Fransiscus membawa bambu untuk tempat air bersih yang ia ambil.
Melihat keran air bersih terpasang di rumah-rumah warganya dan mengucurkan air saat keran dibuka, Fransiscus terharu. ”Sejak zaman nenek moyang, baru tahun 2020 ini pipanisasi (air bersih) masuk desa,” ujarnya lewat Zoom yang disiarkan Wahana Visi Indonesia pada Jumat lalu.
Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Sikka Fransiskus Laka juga tak dapat menahan perasaan saat melihat anak-anak Hepang bersukacita. Ia menyatakan, sekarang anak-anak dengan mudah bisa mencuci tangan, mandi, dan buang air besar sehingga mereka akan lebih sehat.
”Tak mudah mendapatkan orang yang peduli kepada anak-anak. Yang banyak terjadi, orang peduli karena politik dan ekonomi. Donatur yang peduli bukan perusahaan besar. Oleh karena itu, saya terharu,” tutur Fransiskus sambil terisak.
Masalah klasik
Kesulitan mendapat air bersih menjadi masalah klasik di banyak desa di wilayah Pulau Flores dan pulau lain di NTT. Upaya membuat sumur sering kali tak membuahkan hasil karena sumber air berada di kedalaman puluhan atau bahkan ratusan meter di bawah tanah. Kondisi itu membutuhkan sumber energi berupa listrik dengan daya besar. Sementara warga secara umum tak memiliki kemampuan membayar biaya listrik untuk menaikkan air bersih.
Alhasil, keluarga yang secara ekonomi kurang mampu setiap hari meminta anak-anak berjalan kaki untuk mencari air bersih dari mata air atau sungai. Jika kurang, para ibu ikut berjalan kaki berkilo-kilometer untuk mendapatkan air yang menjadi kebutuhan utama keluarga. Ada juga keluarga yang bisa membeli air bersih sebanyak satu tangki mobil dengan harga Rp 350.000. Air itu bisa untuk kebutuhan memasak dan minum sekeluarga selama sekitar dua minggu.
Melihat kesulitan warga Hepang dan desa lain di Sikka, dua tahun lalu, Wahana Visi Indonesia (WVI) menggagas kampanye gerakan Berani Mimpi Air untuk Sikka. Gerakan itu berupa ajakan kepada masyarakat untuk membantu warga Sikka. WVI juga mengajak aktor Morgan Oey serta selegram Ayla Dimitri. Ada pula warga lain yang ikut mengampanyekan gerakan itu sehingga mendorong masyarakat sampai perusahaan menyumbang dan memberi dana untuk keperluan tersebut.
Morgan yang juga duta komunitas Indorelawan berinisiatif mengadakan acara water squad challenge guna mengajak masyarakat melakukan gerakan squad sambil membawa jeriken sekaligus mengetuk kepedulian mereka agar mau bederma. Pendukung gerakan itu misalnya Nina Hadi, warga Jakarta. Ia aktif menghimpun dana dari kawan dan donatur lain lewat unggahan di media sosialnya tentang kondisi warga Sikka yang kesulitan mendapat air bersih.
”Unggahan foto di medsos saya menunjukkan, air bersih sangat berharga di Sikka, sedangkan kita di Jakarta sering meremehkan. Dengan ngebayangin kondisi di sana, mereka kemudian mau bantu,” kata Nina. Walau dana yang terhimpun tidak besar, ia dan para donatur senang bisa membantu.
Mengenai proyek pipanisasi air bersih di Hepang, Area Program Manager Ende dan Sikka WVI Abner Radanni Sembong menjelaskan, pengerjaan dimulai pada Februari 2020 hingga September 2020. Jika saat pengumpulan dana WVI bekerja sama dengan berbagai perusahaan dan masyarakat, untuk pengerjaan pipanisasi sepanjang 2,250 kilometer itu, organisasi tersebut menggandeng PDAM Sikka.
Total biaya pengerjaan sekitar Rp 360 juta berasal dari dana yang dihimpun WVI, Pemerintah Desa Hepang, dan PDAM Sikka. ”Kami membiayai pipanisasi dari sumber air sampai perbatasan desa, pemerintah desa membiayai pipanisasi ke desa mereka, lalu PDAM membuat saluran air ke rumah-rumah,” ujar Abner.
Di Desa Hepang kini ada 113 keran air bersih untuk memenuhi kebutuhan 180 keluarga (693 jiwa). Ke depan, pengelolaan air bersih itu ada pada PDAM Sikka.
Artikel ini ditayangkan di Kompas.id, untuk membacanya klik link berikut: https://bebas.kompas.id/baca/nusantara/2020/10/21/air-bersih-sudah-di-depan-rumah-warga-sikka-ntt/?utm_source=bebasakses_kompasid&utm_medium=whatsapp_shared&utm_content=sosmed&utm_campaign=sharinglink