Astra Dampingi 11 Sekolah Negeri di Manggarai Timur
Setelah 14 tahun hadir mewarnai pendidikan di tanah air, Yayasan Pendidikan Astra-Michael D Ruslim (YPA-MDR), menapakkan kaki di Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. Pelaksana program corporate social responsibility (CSR) PT Astra Internasional bidang pendidikan itu langsung menggarap 11 sekolah di ibukota kabupaten itu.
Adapun 11 sekolah beruntung itu terdiri dari enam SD, yakni SDI Lindi Tanggo, SDI Kotandora, SDI Cepiwatu, SDI Peot, SDN Kembur, dan SDI Golo Cigir; empat SMP, yakni SMPN 1 Borong, SMPN 11 Borong, SMPN 13 Borong, dan SMPN 18 Borong; serta satu SMK, yakni SMKN 1 Borong.
Pada 11 sekolah itu, YPA-MDR menjalankan program selama lima tahun untuk pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan, peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, serta peningkatan kualitas manajemen pendidikan.
Ketua YPA-MDR Herawati Prasetyo mengatakan Manggarai Timur merupakan daerah ketiga di NTT yang mereka dampingi, setelah Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Kupang. Yayasan ini menyasar sekolah-sekolah di pelosok karena di wilayah seperti itulah perhatian mereka menjadi lebih berarti.
Namun di Manggarai Timur, mereka hanya menyasar sekolah-sekolah di ibukota kabupaten. "Penentuan sekolah didahului diskusi dengan Pemerintah Daerah. Selain itu beberapa parameter, jangkauan. Kalau daerah yang sulit dijangkau, narasumber kami susah untuk sampai ke sana," kata Herawati.
Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas, berterima kasih atas perhatian PT Astra International melalui salah satu yayasannya. Manggarai Timur, kata Agas, merupakan salah satu daerah tertinggal, terdepan, terluar (3T). "Memang kami tertinggal, terdepan, terluar, atau 3T itu karena kami jauh dari pusat. Tetapi kami bersyukur karena Astra mulai dari yang jauh itu," katanya.
Ia menyinggung soal rendahnya pelayanan publik di Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga tahun 2022 lalu. Agas juga menyentil capaian hasil belajar siswa di daerahnya yang masih di bawah indikator kompetensi minimum. Khusus bidang literasi dan numerasi, masih di bawah 50% siswa yang mencapai batas kompetensi minimum. "Masih ada anak kelas tiga SD yang belum bisa baca. Sampai kelas enam SD juga, bacanya masih tergagap-gagap," katanya
Agas meminta dukungan dari semua pihak untuk bekerja sama membawa pendidikan Manggarai Timur ke arah yang lebih baik. Pemerintah daerah, kata Agas, selalu membuka diri untuk berbagai kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk lembaga-lembaga non pemerintah, seperti yayasan dan LSM-LSM. Khusus di bidang pendidikan, sebelum YPA-MDR, pemerintah juga telah menjalin kerja sama dengan Wahana Visi Indonesia (WVI) dan Gugah Nurani Indonesia (GNI). "Saya percaya, ketika semua stakeholder berkolaborasi positif, perubahan pada kualitas pendidikan akan dengan cepat dirasakan," katanya.