KOMPAS: Menjaga Semangat Belajar Anak di Masa Pandemi
Oleh YOVITA ARIKA
11 Januari 2021·5 menit baca
Kasus Covid-19 yang terus meningkat membuat sekolah di sebagian besar daerah urung dibuka kembali. Pembelajaran jarak jauh pun diperpanjang, dan ini memberi tantangan bagi orangtua untuk mendampingi dan menjaga semangat anak-anak mereka untuk tetap belajar meski di rumah.
”Kalau ditanya, anak saya pengin bisa sekolah kembali, kangen teman-temannya, bosan di rumah terus. Meski selama pandemi saya bekerja dari rumah (work from home), saya tidak bisa seratus persen mendampingi dia,” kata Artati (44), warga Jatiwaringin, Kota Bekasi, Jawa Barat, menceritakan anak laki-lakinya yang duduk di kelas 2 sekolah dasar, Sabtu (9/1/2021).
Tak jarang anaknya ngambek tidak mau mengikuti pelajaran menggunakan zoom meeting, juga tidak mau mengerjakan tugas mata pelajaran yang tidak diminatinya. Dia tidak memaksa anaknya ikut pelajaran, tetapi mengajarkan kepada anaknya untuk izin langsung ke guru jika tidak mau ikut pelajaran.
Kalau ditanya, anak saya pingin bisa sekolah kembali, kangen teman-temannya, bosan di rumah terus. Meski selama pandemi saya bekerja dari rumah, saya tidak bisa seratus persen mendampingi dia.
”Saya bilang, tidak ikut zoom tidak apa-apa, tapi bilang sendiri ke guru, dia gak mau, akhirnya mau ikut zoom. Anak-anak, kan, lebih patuh pada guru, ya. Ini tantangan bagi saya bagaimana membangun semangat dia untuk belajar dan mengerjakan tugas dari guru selama PJJ (pembelajaran jarak jauh),” katanya.
Caranya, menurut Artati, salah satunya dengan memberikan penghargaan setelah anaknya selesai mengerjakan tugas sekolah, baik dengan memperbolehkan bermain maupun menonton televisi. Demikian juga ketika guru memberikan materi yang harus diunduh di Youtube, dia harus bersabar dengan terlebih dulu menuruti keinginan anaknya membuka Youtube yang berisi konten film kartun.
Hal sama dialami Sulastri (43), warga Kecamatan Sekadau, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Jika anaknya yang di pendidikan anak usia dini (PAUD) dan kelas 3 SD merengek minta sekolah, dia akan mengantarkan kedua anaknya untuk melihat sekolah mereka yang tak jauh dari rumahnya.
Ketika anaknya bosan dan tidak mau mengerjakan tugas-tugas dari guru, Sulastri akan membiarkan anak-anaknya bermain sambil sesekali dia menyisipkan materi pelajaran dari guru. Dia menyadari anak-anak tidak bisa dipaksa belajar atau fokus pada pelajaran dalam waktu lama.
”Jika mereka bosan bermain, saya ajak mereka keliling kebun di sekitar rumah. Saya tunjukkan nama-nama pohon, jadi main sambil belajar,” kata ibu empat anak ini ketika dihubungi pada Sabtu. Anaknya yang pertama sudah kuliah dan anak kedua sudah lulus SMA.
Sulastri menceriterakan, awalnya dirinya stres karena tiba-tiba harus mendampingi anak-anaknya belajar di rumah. Sebagai ibu rumah tangga, dia terbiasa hanya mengerjakan pekerjaan rumah dan sesekali ke kebun sawit milik keluarganya. Urusan pendidikan anak-anaknya sepenuhnya berlangsung di sekolah bersama guru-guru.
”Pertama-tama (masa PJJ) susah, anak-anak biasa belajar di sekolah, mereka nurutnya ke guru, kalau di rumah maunya main terus. Untung di sekolah PAUD anak saya, orangtua diajarkan bagaimana cara membimbing anak-anak selama PJJ. Dari situ saya tahu sambil sedikit-sedikit belajar,” katanya.
Pendampingan orangtua
Secara terpisah, Education Team Leader Wahana Visi Indonesia (WVI) Mega Indrawati mengatakan, peran orangtua sangat penting dalam mendukung pembelajaran anaknya di rumah. Selain mendampingi anaknya belajar, orangtua juga berperan memberikan dukungan psikososial dengan memotivasi anak agar tetap bersemangat belajar, serta memberi perlindungan pada anak.
”Tidak semua orangtua siap dan bisa untuk itu. Karena itu, orangtua perlu diberi pendampingan dan pelatihan untuk mendampingi anaknya belajar di rumah, termasuk kemampuan komunikasi dengan guru,” kata Mega, Minggu (10/1/2021).
Orangtua merupakan mitra kerja yang utama bagi guru dalam pendidikan anak. Karena itu, komunikasi yang baik antara orangtua dan guru merupakan suatu keharusan karena komunikasi yang efektif akan menumbuhkan sikap saling percaya antara orangtua dan guru, dan ini penting untuk mendukung tumbuh kembang anak.
Komunikasi yang efektif antara orangtua dan guru dibutuhkan untuk menyamakan persepsi kedua belah pihak tentang hal yang dibutuhkan dalam pendidikan anak. Orangtua dapat mengetahui bagaimana upaya penanganan pembinaan anak, keterlibatan dan permasalahan anak dalam proses belajar mengajar. Begitu pula, guru dapat mengetahui apa dan bagaimana yang terjadi di rumah, baik terkait aktivitas belajar anak maupun masalah yang muncul selama di rumah.
Mega mengatakan, WVI telah menyelenggarakan sejumlah kegiatan mulai dari webinar, unjuk bincang untuk orangtua, maupun menyediakan bahan-bahan yang bisa digunakan orangtua dalam mendampingi anak-anaknya selama belajar di rumah. Selama April-November 2020 ada 9.255 orangtua yang mengikuti kegiatan WVI tersebut.
”Kami juga membuat pelatihan kepada orangtua mulai dari tingkat nasional melalui training of trainer tentang parenting (pengasuhan anak). Kami melibatkan para koordinator dan mitra pendidikan di level kebupaten, selanjutnya mereka menyelenggarakan kegiatan tersebut di tingkat kabupaten,” kata Mega.
Hal itu dilakukan untuk menjawab hasil survei WVI yang menunjukkan banyak anak yang tidak bisa belajar dengan baik di rumah karena sejumlah kendala dalam PJJ. Menurut hasil studi penilaian cepat dampak pandemi Covid-19 pada Mei 2020, misalnya, ditemukan bahwa 37 persen anak yang disurvei tak bisa mengatur jadwal belajar dengan baik, 30 persen anak kesulitan memahami pelajaran, dan 21 persen anak tak memahami instruksi guru.
Selain tanggung jawab terkait pendidikan anak, kata Mega, orangtua juga bertanggung jawab menjaga kesehatan dan keselamatan anak di masa pandemi ini. Karena itu, peran orangtua sangat penting agar anak, terutama di kelas bawah, untuk memahami perilaku 3M (mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, dan mengenakan masker). Termasuk di sini, menjaga pola hidup sehat anak-anak agar optimal belajarnya dan terjaga kesehatannya.
link artikel: https://kompas.id/baca/humaniora/dikbud/2021/01/11/menjaga-semangat-belajar-anak-di-masa-pandemi/