Teksiban, Alat Pendeteksi Banjir Ciptaan Pemuda Kampung Melayu
Masyarakat Kampung Melayu, Jakarta Timur sudah tidak perlu kuatir lagi jika terjadi hujan deras yang menyebabkan banjir di lingkungan mereka. Sebuah alat pendeteksi banjir atau disingkat Teksiban sudah terpasang di wilayah tersebut.
Team Leader Project Anticipation dari Wahana Visi Indonesia (WVI), Maria Natalia Pratiwi mengatakan, alat Teksiban ini merupakan karya salah satu warga Kampung Melayu, yaitu Nazriel Efrizal, 17 tahun.
Komposisi alat ini pun cukup sederhana.
Moda daya menggunakan panel surya untuk siang hari dan baterai untuk di malam hari. Pada bagian atas, terpasang sirene dan pengeras suara. Rakitan mesin tersimpan rapi di dalam kotak besi. Lalu, dipasang alat sensor di bawah mesin. Sensor ini akan mengukur ketinggian air.
Jika tinggi air sudah mencapai batas yang ditentukan, alarm akan berbunyi sehingga dapat memberikan peringatan kepada masyarakat sekitar.
Ketika Gatra melihat langsung alat Teksiban yang dipasang persis di samping bantaran kali Sungai Ciliwung, masyarakat sekaligus petugas tampak siap siaga. Petugas Kelurahan Kampung Melayu mengatakan, Teksiban merupakan peringatan akhir acaman bencana banjir.
Petugas kelurahan menjelaskan, peringatan awal mereka dapatkan dari BMKG atau petugas pintu air Bendungan Katulampa. Biasanya, peringatan ini diberikan sekitar enam jam sebelum air kiriman tiba ke bantaran Sungai Ciliwung.
Setelah mendapatkan peringatan ini, masyarakat akan memberikan pengumuman dan peringatan kepada masyarakat. Proses evakuasi akan dilakukan sesuai kebutuhan. Minimal, masyarakat sudah dapat bersiap-siap.
Usai berkeliling untuk melihat pemasangan Teksiban di beberapa titik, rombongan kembali ke Kantor Kelurahan. Saat pemaparan dan diskusi, Maria menjelaskan, alat Teksiban ini pertama kali dipasang sekitar Juni-Juli 2023.
Setelah itu, Wahana Visi Indonesia mengajak Kelurahan Kampung Melayu bekerja sama dan menduplikasi alat buatan Nazriel hingga tercipta lagi lima perangkat tambahan.
Maria menjelaskan, salah satu alasan yang membuat WVI ingin bekerja sama dengan warga Kampung Melayu adalah untuk memberikan perhatian pada masyarakat rentan yang juga terdampak banjir. Misalnya, perempuan, anak, lansia, dan penyandang disabilitas.
“Kita dibantu WVI. Barang (Teksiban) ada 5 paket dan akan dipasang pada titik-titik yang duluan banjir dan belakangan surut,” ucap Kepala Seksi Pemerintahan Kelurahan Kampung Melayu, Samuel dalam sesi diskusi di Kantor Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta, Rabu (13/12).
Samuel mengatakan, nantinya akan ada tujuh buah Teksiban yang dipasang di Kelurahan Kampung Melayu. Titik-titik pemasangan difokuskan pada RT yang paling rentan terdampak banjir.
Selain pemasangan Teksiban, beberapa masyarakat setempat juga mendapat penugasan langsung dari kelurahan untuk menjadi tim siap siaga banjir. Beberapa di antaranya adalah ibu Intan dan Ibu Indah.
Keduanya pun sempat menemani rombongan saat berkeliling ke titik-titik rentan banjir. Ibu-ibu ini pun menjelaskan, sebelum mereka terjun lapangan, WVI sempat memberikan pelatihan.
“Kita tahu bagaimana rasanya sebelum bencana, saat bencana, sesudah bencana, kalau ada orang ODGJ, lansia, kita berpikir oh seperti itu rasanya (menangani mereka saat bencana),” ucap Ibu Indah, waarga yang ikut diskusi di Kelurahan.
Intan menjelaskan, pelatihan yang mereka jalani selama tiga hari lebih banyak porsi prakteknya. Ia mengatakan, ada beberapa hal yang dipelajari. Mulai dari teknik sosialisasi, simulasi, bahkan sampai pembuatan peta rumah-rumah yang rentan banjir.
Nazriel Efrizal, remaja berusia 17 tahun dari Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, itu mencatat prestasi gemilang. Warga RT 008 RW 07 setelah menjadi juara 1 Bidang Inovasi Teknologi (IT) pada Seleksi Pemuda Pelopor Tingkat Provinsi DKI Jakarta yang diumumkan Dinas Pemuda dan Olahraga pada 20 Juli lalu.
Sumber: Teksiban, Alat Pendeteksi Banjir Ciptaan Pemuda Kampung Melayu | Teknologi (gatra.com)