Anak-Anak Papua, Tambatan Hati Kak Eni
Eunice Sumei, akrab disapa Kak Eni, mengawali karir di Wahana Visi Indonesia sebagai seorang relawan. “Sejak akhir tahun 2011, saya terlibat sebagai volunteer untuk pekerjaan-pekerjaan sponsorship di kantor operasional Sentani dan akhirnya bergabung menjadi staf pada tahun 2012 sebagai Sponsorship Information Officer,” cerita Kak Eni.
Setelah kurang lebih dua tahun berkutat dengan hal-hal yang berhubungan dengan sponsor anak, Kak Eni berkesempatan mengikuti program Talent Staff yang bertujuan untuk mengkapasitasi staf WVI menjadi pemimpin-pemimpin baru di organisasi. Setelah tuntas mengikuti program tersebut, Kak Eni berhasil promosi menjadi koordinator program di kantor operasional Biak dan zona Papua. Posisi ini Kak Eni jalani selama kurang lebih tujuh tahun, hingga saat ini berkarya sebagai manager kantor operasional WVI area Kabupaten Biak, Papua.
Perempuan yang lahir dan besar di Sentani ini memutuskan untuk setia berkarya sebagai pekerja kemanusiaan karena hati yang sudah tertambat pada anak-anak di Papua. “Suatu kali, saat saya ke Malang, hati saya selalu tergerak saat melihat dan menyaksikan anak-anak yang tidak mendapatkan hak-haknya, tidak dirawat oleh orang tua kandung, ditinggalkan dan bertumbuh dari keluarga yang satu keluarga yang lain. Saat itu saya berdoa, Tuhan saya mau kembali ke Papua, Tuhan siapkan ladang di mana saya akan bekerja, melayani untuk anak-anak di Papua,” tuturnya.
Kak Eni pun semakin mantap memilih berkarya di WVI karena visi-misi organisasi ini sesuai dengan doanya. Meskipun banyak tantangan yang Kak Eni hadapi selama melakukan pekerjaan pengembangan masyarakat di Papua, tapi ia tekadnya tidak lantas hilang.
“Momen paling berkesan itu saat akan dilakukan pembubaran kelompok relawan di desa. Para relawan sempat berkata, kami jangan dibubarkan, biarkan kami meneruskan pelayanan ini karena anak-anak itu adalah anak-anak kami,” ujar Kak Eni. Peristiwa ini menguatkan Kak Eni bahwa dalam hati setiap masyarakat, benih kebaikan itu sudah ada. Masyarakat perlu menabur benih itu di tempat yang tepat, dirawat, dan dijaga dengan baik. “Kita tidak pernah sendiri. Ada banyak orang baik yang ingin bekerja bersama untuk kebaikan namun ruang itu perlu terbuka bagi mereka. Banyak orang ingin berubah namun mereka tidak tahu dari mana harus memulainya,”.
Kak Eni berharap agar karya pelayanannya masih bisa terus berlanjut bersama WVI. Ia bermimpi, tiap anak tidak mendapatkan diskriminasi dalam segala aspek. Anak-anak justru harus menjadi prioritas atau Kak Eni biasa menyebut sebagai “jemaat nomor satu”.
Penulis: Mariana Kurniawati (Communication Executive)