Cerita Relawan: Hati Saya Tersentuh dan Tergugah
Yuliana Yustanti Witak (23), atau biasa disapa Tute, adalah satu dari belasan relawan yang membantu masyarakat terdampak siklon tropis Seroja di NTT. Meski mengaku tidak begitu menyukai anak-anak, dengan latar belakang pendidikan Psikologi yang dimilikinya, Tute tergerak untuk berbuat sesuatu bagi anak-anak terdampak di Adonara.
“Hati saya tersentuh dan tergugah dengan sapaan mereka yang ramah dan sopan, dan kami dipanggil Ibu Guru,” cerita Tute.
Tute mendapatkan berbagai pengalaman saat menjadi relawan bersama Wahana Visi Indonesia (WVI) di Pulau Adonara. Ia melihat anak-anak yang begitu aktif dan gemar beraktivitas bersama.
“Setiap hari pada saat kami mulai kegiatan, kami buka dengan doa dan nyanyian anak Sekami (sekolah minggu anak) dan kami tutup dengan doa pula, sebelum menutup dengan doa kami merefleksi kembali apa yang sudah mereka peroleh hari ini. Hal ini dilakukan untuk melatih kembali kognitif adik-adik, dan mereka selalu mengikuti itu. Di sini kami menemukan anak dengan berbagai macam perilaku dan ekspresi emosi yang bervariasi,” jelasnya.
Tak sekadar mengajar, Tute dan relawan lainnya juga melakukan refleksi dan evaluasi dari berbagai aktivitas yang telah mereka lakukan bersama anak. Tute menyadari, kegiatannya bersama WVI memberikan hal-hal baru yang tidak ditemukannya di bangku perkuliahan.
“Saya bersukacita dan bersyukur bisa hadir ditengah-tengah keterpurukan dan kesedihan adik-adik di Adonara,” pungkasnya.
Tute berharap, anak-anak dampingannya tersebut bisa terus mendapatkan pendampingan, utamanya bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik/mental, serta banyak lembaga atau persekutuan doa yang bisa mendukung masyarakat Adonara meningkatkan spiritualitas mereka pascabencana.
Ditulis ulang berdasarkan pengalaman relawan oleh: Putri ianne Barus, Communications Officer Wahana Visi Indonesia