Generasi Penuh Harapan: Stop Perundungan, Mulai Perlindungan
Salah satu cara agar anak dapat tumbuh menjadi sosok yang percaya diri adalah dengan membangun lingkungan yang tanpa perundungan. Perundungan bukan hal sepele. Seringkali perundungan hanya dianggap lelucon antara sesama anak-anak sehingga dirasa tidak memberi dampak. Kesehatan mental anak-anak justru dapat terganggu karena perundungan yang terjadi berulang-ulang dan tidak ditindaklanjuti secara serius.
Membangun kesadaran tentang bahaya perundungan bagi kesehatan mental anak bukan hanya perlu dilakukan orang dewasa. Anak-anak, yang bisa menjadi pelaku maupun penyintas, harus makin sadar akan hal ini. Anak dan orang dewasa harus berkolaborasi agar perundungan tidak dinormalisasi. Artinya, setiap pihak sepakat kalau perundungan adalah masalah serius yang mengancam masa depan anak-anak.
“Di sekolah saya sering terjadi bully. Bahkan saya pernah di-bully oleh teman. Meskipun sudah ditegur guru tetapi mereka masih suka mem-bully,” cerita, Oktapiana, 15 tahun. Perundungan di antara anak-anak juga makin leluasa terjadi karena tidak ada sanksi. Oktapiana yang juga seorang pengurus Forum Anak di salah satu desa menyadari bahwa perundungan tidak bisa lagi dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Anak-anak harus tahu bahwa perundungan berdampak pada kesehatan mental yang diantaranya merusak kepercayaan diri seorang anak. Bila seorang anak tumbuh minder, ia akan kehilangan banyak kesempatan berharga di masa depan.
Oktapiana bersama teman-teman di Forum Anak Desa yang berada di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat memulai gerakan stop perundungan. Pengurus dan anggota Forum Anak Desa menginisiasi, merencanakan, dan melaksanakan aksi ini secara swadaya. Para pendamping Forum Anak juga turut terlibat mendampingi saat anggota Forum Anak melakukan pemetaan masalah anak di desa hingga menyusun rencana gerakan ini.
Forum Anak Desa memilih aktivitas sosialisasi stop perundungan melalui media poster dan konten media sosial. “Setelah pulang sekolah kami berkumpul untuk membuat poster, saya senang bisa menempel poster ini,” tutur Oktapiana. Poster hasil karya Forum Anak Desa ini terpampang di beberapa fasilitas umum di desa. Oktapiana dan teman-teman Forum Anak yang lain juga menjadi penggagas dan penyebar informasi baik untuk tidak lagi melakukan perundungan kepada anak-anak.
Setiap anak berhak untuk tumbuh dalam lingkungan yang aman dan nyaman. Bukan hanya untuk mendukung perkembangan fisik, tapi terlebih lagi untuk kesehatan mental. Daripada melakukan perundungan, lebih baik anak dan orang dewasa melakukan lima hal sederhana ini agar anak-anak dapat tumbuh dengan kepercayaan diri.
Lima langkah sederhana agar percaya diri anak terpupuk:
-
Berikan pujian yang tulus: Pujilah usaha dan pencapaian anak, bukan hanya hasil akhirnya.
-
Dorong anak untuk mencoba hal baru: Berikan kesempatan pada anak untuk mencoba hal-hal baru dan belajar dari pengalamannya.
-
Dengarkan pendapat anak: Tunjukkan pada anak bahwa pendapatnya penting dan layak diperhatikan.
-
Ajarkan anak untuk mengatasi kegagalan: Bantu anak untuk melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh.
-
Jadilah contoh yang baik: Tunjukkan pada anak bagaimana cara bersikap percaya diri melalui tindakan Anda sehari-hari.
Oktapiana dan anak-anak lain yang berada di area dampingan Wahana Visi Indonesia di Kabupaten Landak akan menjadi anak-anak yang memahami pentingnya membangun lingkungan yang mendukung dan jauh dari perundungan. Dalam lingkungan seperti ini, anak-anak dapat mengembangkan potensinya dengan aman, jauh dari ungkapan-ungkapan negatif yang mengerdilkan kepercayaan diri mereka. Melalui Forum Anak, anak-anak dapat menyuarakan isu yang mereka alami, menjadi agen perubahan bagi sesama dan masyarakatnya, serta menyebarkan informasi baik yang mendukung perlindungan anak.
Penulis: Widiyanto Kristiawan (Koordinator Sponsorship kantor operasional WVI di Landak, Kalimantan Barat)
Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive)