Mama Tia: Menyebarkan Semangat Menabung untuk Sejahtera dan Selamat

Mama Tia: Menyebarkan Semangat Menabung untuk Sejahtera dan Selamat

Mama Tia (49), begitulah panggilan akrab Ibu Sumaryati yang merupakan seorang ibu rumah tangga.  Ia juga berperan sebagai Ketua Pokja 4 PKK di desa tempat tinggalnya di Kabupaten Tangerang. Dengan tugas yang ia emban, selain mengurus keluarga dan rumah tangga, Mama Tia pun terlibat aktif dalam manajemen Posyandu. Di tengah masyarakat, Mama Tia dikenal sebagai seorang perempuan yang aktif dalam berbagai isu yang berhubungan dengan anak dan keluarga. 

Desa tempat tinggalnya berada di Kabupaten Tangerang yang berbatasan dengan Kota Serang serta dilewati aliran Sungai Cidurian. Sungai inilah yang menjadi sumber keresahan Mama Tia dan warga lainnya karena luapan banjir kadang memasuki wilayah tempat tinggal mereka melalui sungai tersebut. Sempat beberapa kali masyarakat dilanda banjir setinggi hampir dua meter yang mengancam kelancaran aktivitas harian serta keselamatan barang-barang penting di rumah.  

Ancaman kondisi alam ini pun disertai dengan isu lain yaitu, masyarakat sekitar tempat tinggal Mama Tia merupakan keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi. Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai penjual makanan, buruh pabrik, dan petani. Dengan penghasilan harian yang tidak menentu, beberapa warga terpaksa menggunakan layanan keuangan ilegal melalui rentenir.  

“Sebagian masyarakat di sini belum memikirkan masa depan dan masih kurang baik dalam pengelolaan keuangan untuk keperluan rumah tangga. Saat mendapat uang, pasti akan digunakan untuk membeli tanpa peduli walau harus menyicil dan berhutang kepada rentenir. Akan makin susah juga jika rumahnya kena banjir, apalagi jika ada yang rusak dan jadi sakit karena banjir,” ungkap Mama Tia. Paparan media sosial dan tekanan untuk mengikuti gaya hidup terkini makin membuat keluarga-keluarga ini hidup “lebih besar pasak daripada tiang”. Tinggal di tengah area yang memiliki ancaman atau risiko bencana, dengan pola keuangan keluarga yang tidak sehat, dapat mengganggu kesejahteraan anak dan anggota keluarga dewasa. 

Hal inilah yang mendorong Mama Tia untuk mencoba melaksanakan ASKA atau Asosiasi Simpan Pinjam untuk Kesejahteraan Anak di desanya. “Awal tahu ada ASKA yang awal dikenalkan ke PKK, saya coba ikut. Kalau saya, tujuannya menabung. Saya jadi sadar pentingnya menabung untuk masa depan. Ibu-ibu lainnya ada juga yang mau ikut ASKA untuk menambah modal usaha,” ujarnya.  

ASKA merupakan pendekatan yang Wahana Visi Indonesia (WVI) lakukan untuk mendukung peningkatan ekonomi dan literasi keuangan keluarga. Hal-hal yang perlu Anda ketahui tentang ASKA dijabarkan di bawah ini: 

  • Wujud ASKA adalah kelompok simpan pinjam yang beranggotakan 15-25 orang dengan konsep menabung dalam bentuk saham. 

  • Menyediakan layanan asuransi sederhana dalam bentuk dana sosial yang berjalan dalam konsep siklus (satu siklus umumnya terdiri dari 9-12 bulan). 

  • Semua aturan wajib berdasarkan pada kesepakatan bersama. 

  • Tujuan utama ASKA adalah untuk mendukung kesejahteraan setiap anak dalam setiap keluarga. 

ASKA di Kabupataen Tangerang merupakan bagian dari proyek USAID KUAT yang merupakan program konsorsium bersama Miyamoto International, Catholic Relief Service (CRS), dan WVI, yang didukung oleh USAID. 

Saat siklus ASKA hampir selesai, Mama Tia merasakan manfaat dari peningkatan nilai tabungan. Bahkan ia menyesal karena selama ini tidak menabung di ASKA dalam jumlah banyak. Mama Tia sadar, ke depannya perlu menabung lebih banyak lagi sehingga tersedia dana lebih untuk kebutuhan keluarga dan kebutuhan darurat, khususnya kalau banjir kembali melanda. Setelah merasakan sendiri manfaat ASKA, Mama Tia mulai mendorong masyarakat lain untuk berpartisipasi dalam ASKA.  

“Orang-orang banyak bertanya ke saya karena sempat lewat saat pertemuan dilakukan. Mereka tanya, apa itu ASKA. Saya jelaskan, ASKA itu untuk menabung dan meminjam. Biaya jasa pinjaman juga kecil dan itu pun akan nanti dibagi di akhir siklus sebagai SHU (Sisa Hasil Usaha). Pengurusnya juga bukan orang lain tapi kita-kita sendiri, ada yang ketua, pemegang kotak, sekretaris, pemegang kunci. Semuanya adalah orang-prang yang berbeda. Saya jelaskan itu agar orang-orang percaya akan keamanan uangnya dan mau nantinya ikut ASKA,” kata Mama Tia.  

Berulang kali Mama Tia menceritakan ini kepada kelompok masyarakat berbeda di sekitar tempat tinggalnya. “Menurut saya, ASKA cocok untuk masyarakat di sini, untuk siap-siap menghadapi banjir. Jika orang-orang sudah tahu mana bagian rumah yang rusak, maka bisa itu minjam uang atau gunakan SHU dari ASKA buat bantu modal membetulkan rumah,” tuturnya.  

Upaya tersebut membuahkan hasil. Mama Tia berhasil mengembangkan tiga kelompok ASKA baru yang mengikutsertakan sekitar 60 orang ibu rumah tangga dan sampai saat ini sudah memasuki siklus simpan-pinjam yang kedua.  

Bagi Mama Tia, ASKA menjadi pilihan bagi sejumlah keluarga didesanya untuk menabung, meminjam, dan yang terutama untuk mempersiapkan diri dan keluarga menghadapi bencana agar dapat memperkecil kemungkinan kerugian. “Saya berharap agar semakin banyak orang mengikuti ASKA dan semakin sedikit orang dapat terjerat pinjaman bodong. Dengan mengikuti ASKA, dapat menguruangi kemungkinan mereka untuk mengakses pinjaman. Dana dari ASKA bisa diuangkan untuk keperluan anak sekaligus sebagai pegangan kita nantinya yang dapat digunakan untuk persiapan menghadapi bencana, khususnya banjir desa kami,” harap Mama Tia.  

 

 

Penulis : Ezra Bonita (USAID KUAT Project Officer

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive) 


Artikel Terkait