Mendorong Potensi: Pentingnya Pendidikan, Kesehatan, dan Organisasi di Usia Remaja
Remaja memiliki peran penting dalam membangun masa depan yang lebih baik, dan kisah Intan menjadi salah satu contoh bagaimana anak muda bisa berkotribusi untuk lingkungan sekitarnya. Di usia 16 tahun, Intan sudah aktif sebagai pengurus OSIS di sekolah dan terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan edukatif.
Berbeda dari sebagian besar remaja yang lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial, Intan justru tertarik mengikuti kegiatan yang bisa mengembangkan dirinya. Ia aktif dalam program Generasi Berencana (GenRe) dan edukasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kespro) yang didukung oleh Program PASTI. Program PASTI (Partner Akselerasi Penurunan Stunting di Indonesia) merupakan program yang mendukung anak muda untuk memahami pentingnya kesehatan dan pendidikan sebagai bekal masa depan.
Melalui program tersebut, Intan mendapat banyak pengetahuan tentang pentingnya pendidikan, kesehatan, pencegahan pernikahan dini, dan risiko stunting. Ia kemudian mulai membagikan informasi ini kepada teman-temannya di sekolah dan juga di lingkungan keluarganya.
Pada Juli 2025 lalu, Intan bersama dua temannya yang mengikuti Workshop GenRe melaksanakan Rencana Tindak Lanjut (RTL) di sekolah mereka. Kampanye dilakukan kepada kelas 10 dengan topik "Gizi dan Rentang Hidup Manusia" serta "Anemia pada Remaja". Kampanya ini diikuti sebanyak 115 peserta remaja berusia 15-19 tahun.
"Saya ingin teman-teman seusia saya tahu bahwa menikah muda bukan solusi. Kita masih perlu mempersiapkan diri - baik dari sisi pendidikan maupun kesehatan," ujar Intan.
Namun, perjalanan Intan tidak selalu mudah. Ia mengaku dulu sering tidak percaya diri untuk berbicara di depan umum. Tapi setelah ikut berbagai pelatihan dan workshop, termasuk sesi pelatihan public speaking bersama PASTI, ia mulai belajar berbicara dengan lebih lancar. Ia juga berlatih secara mandiri dengan menonton video edukatif di internet dan meminta dukungan dari kakaknya.
Selain kegiatan sekolah, Intan juga aktif dalam kegiatan keagamaan di komunitasnya seperti SEKAMI dan OMK, yang semakin memperluas pengalamannya dalam bekerja sama dan berbagi dengan orang lain.
"Setelah ikut program PASTI, saya jadi lebih percaya diri dan berani mencoba hal baru. Saya juga jadi lebih semangat untuk belajar dan ikut kegiatan positif di sekolah dan lingkungan," katanya.
Intan memahami bahwa tidak semua remaja punya akses atau kesempatan untuk mengikuti kegiatan pengembangan diri seperti dirinya. Oleh karena itu, ia berharap agar program-program seperti yang didukung PASTI bisa menjangkau lebih banyak sekolah dan desa.
"Saya ingin melihat lebih banyak teman-teman saya punya pengalaman yang sama. Setiap remaja berhak untuk tumbuh dan berkembang ke arah positif, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga dan lingkungan," tambahnya.
Kini, Intan dikenal sebagai salah satu remaja yang aktif mendorong perubahan. Ia membuktikan bahwa keterbatasan bukan halangan untuk belajar dan berbagi. Dengan semangat dan dukungan yang tepat, remaja seperti Intan bisa menjadi agen perubahan, bukan hanya untuk hari ini, tapi juga untuk masa depan.
Program PASTI akan terus mendampingi masyarakat dalam upaya percepatan pencegahan dan penurunan stunting serta perbaikan status gizi di Indonesia hingga Januari 2027. Program PASTI merupakan kemitraan antara Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (BKKBN) dengan Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), dan PT Bank Central Asia Tbk, dan diimplementasikan oleh Wahana Visi Indonesia.
Penulis: Mariana, Pransiskus Pran (Tim Project PASTI di Bengkayang, Kalimantan Barat)