Menerapkan Pola Pengasuhan dengan Cinta kepada Anak
#PengasuhanDenganCinta – Bagi kebanyakan orang tua, membesarkan anak merupakan proses pembelajaran setiap hari. Orang tua kerap terus mencari tahu pola terbaik untuk membesarkan anak-anak mereka dan menerapkan pola asuh yang sesuai dengan kebutuhan anak. Berawal dari sebuah survei yang dilakukan Wahana Visi Indonesia (WVI) pada sekelompok anak dan orang tua, WVI hadir membantu masyarakat untuk menemukan satu pola pengasuhan bernama Pengasuhan dengan Cinta (PDC) yang layak diterapkan oleh setiap keluarga.
Aniel Dawan, Faith and Development Manager WVI menyampaikan, PDC dikemas dalam bentuk modul untuk membantu masyarakat dampingan WVI menerapkannya langsung kepada anak.
“Modul PDC sebagai sarana untuk mendukung keluarga untuk memahami tentang pengasuhan, untuk membentuk spiritualitas seorang anak dan meningkatkan kesejahteraan anak. Juga untuk mengajarkan bagaimana membentuk suatu keluarga yang utuh,” kata Aniel.
Pola pengasuhan anak yang berbeda di masyarakat membuat PDC dirasa perlu untuk diketahui oleh para orang tua. Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia Prof. Frieda Mangunsong, dalam bincang web seminar bersama WVI menjelaskan, pola pengasuhan yang berbeda tersebut bisa terbentuk akibat berbagai faktor seperti: pendidikan, agama, budaya, usia, karakter serta status sosial ekonomi.
“Orang tua adalah guru kita, cara dia berpikir, merespons, berkomunikasi dengan orang lain, tanpa kita sadar itu yang familier dengan kita. Itu yang kita pelajari, dan tanpa sadar atau sadar kita terapkan di pola pengasuhan kita,” jelas Frieda.
Menerapkan pola pengasuhan dengan cinta kepada anak, menurut Frieda, harus dilakukan bersama-sama dengan pasangan. Pemberian kasih sayang yang seimbang dari kedua orang tua membuat anak tak lantas memilih salah satu orang tua untuk menjadi andalan di masa sulitnya. Kekompakan suami istri membuat anak merasa terus didampingi dan tumbuh dengan bahagia.
“Di saat kita menjadi satu keluarga, harus ada kerja sama, kerja samanya harus seimbang, passion, kelemahlembutan dan cinta kasih. Itu menjadi kunci dasar untuk membuat pilar-pilar dalam keluarga pondasinya lebih kuat,” tambahnya.
Serupa Frieda, ditambahkan Aniel, peran pasangan suami istri sangat penting dalam pola PDC. Itulah mengapa, pasangan ini setidaknya harus berdamai dengan masa lalunya. Proses menyembuhkan luka masa lalu yang pernah diterima dari orang tua pasangan suami istri, akan membuat pasangan tersebut bisa menyalurkan kasih sayang selanjutnya kepada anak-anak mereka.
“Orang tua butuh ruang untuk katarsis, untuk menyampaikan masalah, atau untuk mendapatkan cinta kasih. Ruang-ruang dialog antara anak dan orang tua harus sesering mungkin diciptakan utk tahu apakah ada yang belum beres di hidup kita (orang tua),” ungkap Aniel.
Pola pengasuhan berbasis kasih sayang bisa diterapkan oleh siapapun juga. Pengenalan akan bahasa cinta setiap anggota keluarga bisa membuat pola pengasuhan ini lebih mudah dilakukan. Dengan begitu, orang tua dan anak akan lebih mudah mengekspresikan cinta kasih mereka dalam bentuk verbal maupun nonverbal.
Ditulis oleh: Putri ianne Barus, Communications Officer Wahana Visi Indonesia