Mengantar Ilmu di Tengah Pandemi
#BersamaMelawanCovid19 – Sejak merebaknya pandemi Covid-19, Pemerintah Kabupaten Nagekeo, NTT melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nagekeo mengeluarkan kebijakan untuk menerapkan sistem belajar dan bekerja dari rumah bagi para murid, guru, dan tenaga pendidikan lainnya yang berada di wilayah Kabupaten Nagekeo. Bimbingan belajar atau bahan ajar sedapat mungkin dilakukan dan diberikan lewat media daring atau telepon. Hal ini menggugah hati Maria Ernaliana (Erna) dan Kristina Ari (Rina) untuk mendukung para muridnya dengan melakukan proses belajar keliling.
“Saya dan Ibu Erna keliling untuk kunjungi anak didik kami. Kami kunjungi mereka untuk dampingi mereka belajar, menjemput tugas yang sudah mereka kerjakan, dan beri tugas yang harus mereka buat selama mereka belajar dari rumah selama masa ini,” ujar Rina.
Secara berkala, Erna dan Rina mengunjungi anak didiknya, biasanya dilakukan sekali dalam seminggu atau sekali dalam dua minggu sesuai kebutuhan. Meski rutin melakukan kunjungan ke rumah murid, keduanya tetap mengikuti anjuran pemerintah, yakni selalu menggunakan masker dan menjaga jarak satu sama lain.
Aturan yang berlaku tersebut membuat para guru seperti Erna dan Rina harus berjuang lebih. Dengan kondisi orang tua murid dan topografi desa yang cukup sulit, para guru seperti ibu Rina dan ibu Erna harus mencari cara yang tepat untuk mengajar para muridnya.
“Orang tua murid di sini rata-rata petani kecil. Tidak semua punya telepon selular. Selain itu, di sini, ada beberapa tempat yang susah sinyal. Jangankan untuk internet, untuk telepon juga kita harus cari sinyal,” ungkap Erna.
Keterbatasan sarana komunikasi ini membuat pembelajaran daring cukup susah diterapkan.
Mengantisipasi hal ini, menurut Maria Florida Ngego, kepala sekolah tempat kedua guru tersebut mengajar mengatakan, pihak sekolahnya telah sepakat untuk memberikan bimbingan belajar kepada murid dan orang tua melalui panggilan telepon dan pemberian lembar tugas manual.
“Kepada murid kelas tinggi (4-6 SD) kami berikan lembar tugas untuk dikerjakan. Kepada murid kelas rendah (1-3 SD), kami berikan lembar cerita untuk dibaca atau dibacakan orang tua murid. Selain lembar cerita, kami juga memberikan lembar tugas menulis kepada murid. Biasanya kami tulis dulu kalimat pendek sebagai contoh, dan murid menuliskan kembali di lembar tugas yang sama lima hingga sepuluh kali pengulangan. Ini untuk meningkatkan kemampuan calistung mereka. Kami juga mengajak mereka menggambar apa saja yang mereka amati dari lingkungan sekitarnya,” ujar Erna menjelaskan proses bimbingan belajar yang mereka lakukan.
Saat memberikan bimbingan belajar kepada para muridnya, Erna dan Rina juga mengindahkan prosedur pencegahan Covid-19. Para orang tua murid diminta menyediakan kursi dan meja untuk memudahkan proses pengajaran. Keduanya kemudian mengajar di area luar rumah.
Keduanya menuturkan bahwa pola mengajar demikian diterimanya dari Wahana Visi Indonesia guna mencegah penyebaran Covid-19.
“Biasanya pemberian dan pengumpulan bahan ajar dan tugas murid di lakukan di halaman rumah saja. Kalau harus memberikan bimbingan, kami akan melakukannya di teras rumah, di ruang terbuka dan harus didampingi orang tua dengan tetap memakai masker dan menjaga jarak aman,” tambah Erna.
Erna dan Rina sadar, tugas mereka sebagai guru tidak harus berhenti karena wabah Covid-19 ataupun karena keterbatasan sumber daya komunikasi. Dengan tekad sebagai pengantar ilmu, mereka tetap setia membimbing para muridnya. Harapan mereka hanya satu, para murid harus menjadi manusia cerdas dan berbudi mulia.
“Kami hanya jalankan tugas kami sebagai guru. Kalau sebelum masa Corona, para murid yang datang ke sekolah untuk menimba ilmu. Sekarang, dalam masa Corona, tugas kamilah yang datang kepada mereka untuk membawa ilmu itu,” ujar keduanya mantap.
Ditulis oleh: Mordekhai Lalong, Koordinator TP 2 Nagekeo Area Program NADA Wahana Visi Indonesia