Mengenal Suku Asmat Berasal dari Wilayah Papua yang Masih Tertinggal
Tahukah Anda bahwa Indonesia memiliki kurang lebih 1.340 suku yang tersebar hampir di seluruh tanah air, salah satunya suku Asmat. Suku Asmat berasal dari Papua yang dikenal dengan budayanya yang sangat kaya dan unik. Dikenal dengan ukiran kayunya yang unik, yang sering menggambarkan nenek moyang mereka dari suku mereka dan hal-hal spiritual. Seni ukir kayu merupakan perwujudan cara suku Asmat dalam melakukan ritual untuk mengenang arwah leluhurnya.
Adakah yang perlu diikuti dari cara hidup Suku Asmat? Mereka percaya bahwa mereka adalah bagian dari alam, itulah sebabnya mereka menghormati dan merawat lingkungan mereka, bahkan, pepohonan di sekitar tempat tinggal mereka dianggap sebagai representasi dari diri mereka sendiri. Batang pohon memiliki simbol sebagai tangan mereka, buah merupakan simbol dari kepala mereka, dan akar kaki mereka.
Mengenal Asmat Lebih Jauh
Keunikan Suku Asmat berasal dari hasil ukiran, wilayah Asmat yang berdampingan langsung dengan Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Yahukimo di Utara, Kabupaten Mappi dan Laut Arafuru di Selatan, Kabupaten Mimika dan Laut Arafuru di bagian Barat, serta Kabupaten Boven Digoel serta Kabupaten Mappi di bagian Timur.
Suku Asmat berasal dari daerah yang berbeda dengan daerah lain di Papua. Kaki Pegunungan Jayawijaya tampak membentengi beberapa wilayah yang dulunya termasuk wilayah Kabupaten Merauke. Di sisi lain, Laut Arafuru membentang di sepanjang garis pantai Asmat. Semua area ini ditutupi oleh hutan hujan tropis yang hijau.
Karena wilayahnya berbatasan dengan Laut Arafuru dan dikelilingi kaki pegunungan Jayawijaya, Kabupaten Asmat hanya bisa dijangkau dengan transportasi udara dan laut. Cara tercepat untuk mencapai Asmat adalah dengan pesawat. Penerbangan ke Asmat sangat bergantung dengan kondisi cuaca. Jadi, kita tidak akan menemukan akses darat yang menghubungkan satu kabupaten dengan kabupaten lain di Asmat.
Kendaraan yang biasa digunakan masyarakat Suku Asmat berasal dari kendaran air seperti speedboat atau long boat dengan mesin. Masih ada masyarakat setempat yang mengendarai kole-kole (perahu kayu dengan dayung panjang) untuk pergi dari satu desa ke desa lain atau pergi ke hutan untuk mencari sagu atau kayu gaharu.
Berbagai Permasalahan di Asmat
Dibalik keunikan dan kekayaannya, ternyata Asmat seringkali dikenal sebagai salah satu wilayah yang tertinggal dengan berbagai masalah tentang anak yang masih banyak terjadi. Asmat membutuhkan perhatian penuh terutama masyarakat yang ada di wilayah Timur yang tepatnya berada di daerah 3T (terluar, tertinggal, dan terpencil).
Sejumlah masalah yang terjadi di Suku Asmat berasal dari berbagai faktor, dapat dilihat melalui angka pembangunan manusia yang rendah, angka kurang gizi pada anak masih sangat tinggi, serta masalah pendidikan pada anak yang masih jauh tertinggal.
Gizi Buruk yang Tak Kunjung Usai
Ketika krisis kesehatan gizi buruk serta campak yang terjadi di Asmat ini menjadi sorotan media, letak geografis wilayahnya yang didominasi rawa berlumpur dan sungai-sungai dianggap sebagai salah satu penyebab utama krisis kesehatan gizi buruk serta campak tersebut.
Malnutrisi adalah ketidakseimbangan asupan makanan. Itu terjadi ketika seseorang terlalu banyak atau terlalu sedikit makanan atau nutrisi penting. Seseorang dengan malnutrisi mungkin kekurangan vitamin, mineral, dan zat penting lainnya yang dibutuhkan tubuhnya untuk berfungsi.
Orang mungkin menjadi kurang gizi jika mereka tidak makan cukup gizi secara keseluruhan. Namun, orang yang makan banyak tetapi tidak memiliki variasi yang cukup dalam pola makannya juga bisa mengalami kekurangan gizi. Malnutrisi dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka pendek dan jangka panjang, pemulihan lambat dari luka dan penyakit, dan risiko infeksi yang lebih tinggi.
Malnutrisi kronis membawa beban dua kali lipat yakni mengurangi produktivitas masyarakat dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan diabetes saat tua. Meningkatnya malnutrisi menyiratkan bahwa masyarakat Indonesia menjadi kurang setara.
Penelitian menunjukkan bahwa perkembangan otak (kognitif) dibatasi oleh malnutrisi kronis dan hal ini mempengaruhi kinerja anak di sekolah dengan menurunkan skor IQ sebanyak lima hingga sebelas poin. Di kemudian hari ketika anak-anak menjadi dewasa, keterampilan kognitif yang berkurang diterjemahkan menjadi pendapatan yang lebih rendah.
Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh individu tetapi juga ekonomi. Indonesia memiliki populasi muda karena kira-kira setengah dari penduduknya berusia di bawah tiga puluh tahun. Ini berarti Indonesia memiliki tenaga kerja yang berpotensi besar, namun sayangnya anak-anak di Asmat harus tertinggal karena masalah gizi buruk yang tak kunjung selesai.
Sementara ini gizi buruk di Asmat berasal dari kemiskinan yang sangat berkontribusi terhadap malnutrisi, pengetahuan dan praktik pengasuhan dan pemberian makan anak yang tidak memadai juga menopang tingginya angka malnutrisi.
Bagaimana Akses Masyarakat terhadap Pelayanan Kesehatan?
Kabupaten Asmat berada di Papua dan memiliki sembilan kecamatan yang terdiri lebih dari 100 kampung. Luas kabupaten Asmat itu sendiri mencapai 29.000 kilometer persegi atau sekitar 48 kali luas DKI Jakarta.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat Suku Asmat berasal dari kondisi geografis yang sulit menjadikan jangkauan ke pusat pengobatan sangat sulit karena masyarakat harus menggunakan jalur laut dan sungai. Mayoritas masyarakat Asmat tinggal di rumah yang terletak di atas kawasan rawa-rawa sehingga apabila terjadi air pasang naik akan membawa kotoran, air bersih dan listrik juga sangat sulit di Asmat. Selain itu, infrastruktur kesehatan dan lainnya yang ada di Asmat juga tidak memadai.
Seperti Apa Solusi untuk Gizi Buruk di Asmat
Sementara jumlah anak yang dirawat karena kekurangan gizi dan bentuk lain dari malnutrisi yang mengancam jiwa telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, hanya satu dari tiga anak dengan kekurangan gizi parah yang dapat dijangkau dengan pengobatan dan perawatan tepat waktu yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup dan berkembang.
Di banyak negara, pencegahan dan penanganan gizi buruk kurang diprioritaskan, kekurangan sumber daya, dan di luar jangkauan, terutama bagi keluarga dan masyarakat yang paling rentan seperti halnya anak-anak di Suku Asmat berasal dari kondisi lingkungan yang tidak memadai.
Ketika upaya untuk mencegah malnutrisi gagal, deteksi dini dan perawatan anak-anak yang mengalami malnutrisi dan mengancam jiwa sangat penting untuk menyelamatkan hidup mereka dan menempatkan mereka pada jalur pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
Dalam kebanyakan kasus, anak-anak yang kurus dapat diobati dengan makanan terapeutik siap pakai (RUTF), memungkinkan mereka untuk pulih di rumah dan komunitas mereka sendiri daripada di fasilitas kesehatan. Layanan perawatan harus dibiayai oleh pemerintah dan dikelola terutama oleh sistem kesehatan nasional daripada pekerja kemanusiaan.
Wahana Visi Indonesia mendukung pemerintah dalam meningkatkan dan memperhatikan kesehatan anak-anak yang mengalami gizi buruk di Asmat baik di fasilitas kesehatan dan komunitas.
Bantu anak-anak di Asmat melawan masalahnya dan mewujudkan kehidupan yang lebih baik bersama Wahana Visi Indonesia. Kunjungi website kami untuk informasi yang lebih lengkap dan detail di https://wahanavisi.org/asmathope