Pemimpin Desa yang Peduli Hak Anak
![Pemimpin Desa yang Peduli Hak Anak](https://eproc.wahanavisi.org/userfiles/post/67a2ff9f45033.png)
Butuh menempuh jarak 30 KM dari pusat kota untuk bisa tiba di salah satu desa dampingan Wahana Visi Indonesia di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani. Desa ini menjadi contoh bagaimana peran pemimpin desa sangat menentukan kesejahteraan hidup anak meskipun kehidupan berjalan sederhana dan jauh dari pusat kota. Desa ini bukannya tanpa masalah, bahkan berbagai masalah desa yang ada hampir semuanya berdampak pada kehidupan anak. Yohanes, selaku Kepala Desa, terpanggil untuk memperhatikan masalah ini. “Dulu desa ini kurang perhatian khusus untuk anak-anak. Masalah sanitasi yang masih menjadi perhatian, jaringan air yang masih kurang, dan belum ada kelompok partisipasi anak yang mendukung anak bermain dan dilatih,” tuturnya.
Kemitraan yang terbangun antara pemerintah desa dengan WVI sudah terjalin cukup lama. Yohanes merasa bahwa kemitraan ini dapat memberi dampak keberlanjutan agar kualitas hidup 350 anak-anak di desanya dapat terus ditingkatkan. Yohanes sendiri merasa, saat ini kesadaran akan pentingnya seorang anak mulai muncul di tengah anak-anak dan masyarakat dewasa. Kehadiran WVI memberi warna tersendiri, namun perannya sebagai pemimpin desa juga sangat krusial dalam memperjuangkan pemenuhan hak-hak anak di desanya. Ia ingin agar setiap anak di desa dapat hidup sehat, bahagia, dan berdaya.
Di tahun kedua kepemimpinannya, Yohanes mewujudkan komitmen besar yang selama ini belum pernah terwujud. Ia memutuskan untuk menganggarkan program-program berbasis anak, seperti perayaan Hari Anak Nasional (HAN). Alasannya menginisiasi perubahan ini sederhana. “Saya senang melihat anak-anak, banyak bakat anak yang perlu dikembangkan baik melalui pendidikan formal maupun membuka ruang partisipasi anak,” ungkap laki-laki berusia 52 tahun ini.
Ia tidak hanya sekadar mengalokasikan dana, tetapi juga mendorong pelibatan masyarakat, terutama melalui Forum Anak Desa (FAD). FAD dilibatkan secara aktif dalam pelaksanaan program ini. Yohanes juga mengundang dan melibatkan anak dalam pertemuan-pertemuan desa seperti Musrenbang Desa. Dalam pertemuan yang biasanya hanya dihadiri orang dewasa tersebut, Forum Anak diberikan kesempatan untuk menyampaikan isu anak yang terjadi di desa. “Saya bangga berada di pertemuan bersama orang tua. Baru kali ini kami bisa menyampaikan usulan kepada desa,” kata Dini, ketua Forum Anak Desa.
Selain beberapa kegiatan di atas, Yohanes juga menginisiasi program pengembangan kapasitas dan kegiatan kreatif yang berfokus pada pemenuhan hak-hak anak. Program ini menyasar sektor pendidikan, kesehatan, hingga perlindungan anak. “Saya ingin memastikan setiap anak di desa mendapatkan perhatian yang layak dan merasa dilibatkan dalam proses pembangunan desa,” ungkap lulusan D3 Akuntansi ini dengan mantap.
Perayaan HAN 2024 di desa yang Yohanes inisiasi berjalan dengan meriah. Rangkaian acara selama dua hari disusun apik. Ia tidak hanya menyelenggarakan lomba permainan anak, tetapi juga mengadakan pawai desa dan pentas seni budaya yang diikuti semua anak dan warga desa.
Yohanes terharu ketika melihat senyum bahagia dan keceriaan anak-anak yang terlibat dalam kegiatan HAN tersebut. “Keberhasilan ini bukan hanya soal pencapaian angka dan alokasi anggaran, tetapi lebih dari itu, bagaimana program tersebut membawa dampak langsung yang positif pada kehidupan anak-anak di desa,” ujar ayah dari delapan orang anak ini.
Kepemimpinan Yohanes memperlihatkan komitmen kuatnya terhadap masa depan anak-anak di desa. Ia juga menjanjikan untuk terus mendukung program yang bermanfaat bagi tumbuh kembang anak. “Saya akan terus mendukung perayaan HAN dengan alokasi anggaran yang konsisten selama masa kepemimpinan saya, dengan harapan bahwa desa ini akan menjadi desa ramah anak yang mengutamakan kesejahteraan generasi penerus,” pungkasnya.
Keberhasilan ini menginspirasi banyak pihak di desa dan Yohanes dipandang sebagai pemimpin visioner yang peduli pada hak anak. Sosok seperti Yohanes merupakan pengingat bahwa masa depan sebuah desa dimulai dari anak-anak yang sehat, bahagia, dan berdaya.
Penulis: Bernadinus Jomo Lus (Koordinator program kantor operasional WVI di Kabupaten Manggarai)
Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive)