Pendampingan WVI Mengubah Pola Pikirku dan Keluargaku
Selama lima tahun belakangan Vivin (15), wakil anak Wahana Visi Indonesia di Sumba Timur, aktif terlibat di forum anak di desanya. Keikutsertaannya di Forum Anak tidak lepas dari dukungan orang tua yang juga merupakan Kader Perlindungan Anak dan anggota Circle of Friends (COF) yang dibentuk oleh WVI bagi para tokoh-tokoh masyarakat di desa yang bertugas menjadi pemerhati anak.
Menurut Vivin, pertemuan pertamanya dengan WVI berasal dari ayahnya yang juga turut terlibat dalam berbagai pelatihan bersama WVI.
“Bapak bekerja sebagai guru. Sejak WVI datang di desa, Bapak banyak ikut pelatihan dari WVI seperti pelatihan Pengasuhan Dengan Cinta dan pertemuan-pertemuan rutin lainnya untuk membahas masalah perlindungan anak. Dari situ saya mulai tahu tentang WVI dan lihat kakak-kakak WVI yang tinggal di desa kami ini asik dan ramah sekali,” ujar Vivin.
Dijelaskan Vivin, dirinya melihat pemikiran yang dibawa WVI berbeda dengan pemikiran masyarakat desa. Itulah mengapa Vivin mulai tertarik dengan WVI, sekaligus dirinya diminta sang ayah untuk mengikuti forum anak di desa untuk masa depan yang lebih baik.
Setelah dua tahun rajin mengikuti pertemuan dan pelatihan di forum anak desa, Vivin kemudian terpilih sebagai Duta Anak Desa saat kelas 6 SD dan mendapatkan kesempatan untuk mewakili anak-anak desa untuk ikut dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) untuk menyampaikan hal-hal terkait kepentingan anak.
Salah satunya adalah terkait fasilitas sekolah seperti lapangan olah raga dan kantin yang bisa mengakomodir anak-anak untuk tidak keluar sekolah saat jam istirahat.
“Anak-anak di jam istirahat jadi keluar lingkungan sekolah dengan alasan pergi belanja makan padahal mereka suka balap motor dan tidak kembali lagi ke sekolah. Selain itu saya juga usul untuk diberikan transportasi sekolah karena jarak rumah teman-teman ke sekolah sangat jauh. Selain tentang pendidikan, saya juga mengusulkan supaya anak-anak lebih dilindungi karena ada kasus-kasus kekerasan termasuk pemerkosaan yang terjadi di Desa,” ungkapnya.
Melalui pendampingan WVI, Vivin juga melihat berbagai perubahan yang terjadi pada orang tua di desa. Menurutnya orang tua menjadi lebih sabar dan mau membangun komunikasi dengan anak-anak mereka.
“Ada teman saya, tetangga yang sering dipukul oleh Bapa dan Mamanya tapi sejak orang tuanya ikut pelatihan WVI saya jarang lagi dengar teman saya dipukul atau nangis-nangis. Kalau di keluarga saya sendiri, Mama tadinya sering cubit dan marah-marah. Tapi karena Bapa jadi fasilitator, Bapa dan Mama jadi sering ikut pelatihan juga dan sekarang Mama jarang lagi marah, kalaupun marah selalu ada komunikasi dan mendengar dari sisi saya. Bicara jadi lebih halus, kalau saya salah gak dipukul lagi, tapi lebih diberikan nasihat.
Orang tua Vivin pun demikian. Kini kedua orang tuanya pun mulai mau mendengar pendapat anak-anaknya, seperti saat memilih sekolah atau membuat keputusan di keluarga.
Selain perubahan di keluarga, Vivin juga merasakan adanya perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri. Dirinya yang awalnya seorang penakut, dan pemalu mulai berani tampil di depan orang banyak. Bahkan, Vivin yang dahulu suka membantah, melawan orang tua dan berbohong juga telah diubahkan.
“Pendampingan dari kakak-kakak WVI merubah pola pikir dan karakter saya dan keluarga saya … Keluarga kami jadi lebih rukun dan semua jadi pribadi yang lebih sabar karena banyak belajar di WVI,” pungkasnya.
Vivin berharap apa yang sudah diterimanya dari WVI bisa terus ia lanjutkan untuk kepentingan lebih banyak anak di desanya. Ia berjanji akan terus memperjuangkan perlindungan anak di Sumba Timur.
Ditulis oleh: Gracia Thomas, Volunteer Engagement Executive Wahana Visi Indonesia