Perpustakaan Impian
Perpustakaan di sekolah seharusnya menjadi tempat yang dapat menumbuhkan dan meningkatkan minat baca anak-anak. Berdasarkan penelitian School Library Forum, dari 113,541 perpustakaan sekolah yang ada, hanya 12,3% yang memiliki kondisi relatif baik, 50% diantaranya dalam kondisi cukup baik, dan 48% dalam kondisi kurang baik dan rusak. Hasil penelitian ini pun sesuai dengan kondisi perpustakaan di sekolah-sekolah yang berada di DKI Jakarta. Banyak sekolah yang perpustakaannya perlu diperbaiki ataupun sama sekali belum memiliki perpustakaan. Wahana Visi Indonesia bekerja sama dengan KB Securities, melalui Community Chest of Korea, mengimplementasikan program renovasi perpustakaan serta beberapa fasilitas lain di sekolah yang bernama Urban School Library Project. Selain renovasi perpustakaan, program ini juga melakukan kegiatan pelatihan digital literasi dan perlindungan anak. Program ini bertujuan untuk memberikan fasilitas membaca yang nyaman dan aman serta menjadi sarana untuk meingkatkan kesadaran literasi di sekolah.
Dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung maka kesadaran literasi pada anak akan mengalami peningkatan. Rasa nyaman dan aman di dalam ruang perpustakaan akan meningkatakan daya tarik anak untuk mengunjungi ruang perpustakaan. Oleh sebab itu, ide dan harapan anak-anak akan ruang perpustakaan yang mereka idamkan menjadi acuan yang sangat penting. Sebelum proses renovasi perpustakaan dimulai, murid dan guru melakukan diskusi kelompok (Focus Group Discussion atau FGD) untuk menggambarkan bagaimana bentuk perpustakaan yang mereka impikan. Dari diskusi tersebut, muncul beberapa ide seperti ruang perpustakaan yang memiliki pendingin ruangan, ada meja dan kursi untuk membaca buku, dan tersedia komputer atau laptop untuk mendukung pembelajaran di era digital. Murid dan guru ini menjadi arsitek dari proses renovasi perpustakaan di sekolah mereka sendiri.
Urban School Library Project menyasar tiga sekolah di DKI Jakarta yang memiliki perpustakaan dengan kondisi tidak baik atau tidak memiliki perpustakaan sama sekali. Dari ketiga sekolah tersebut, salah satu perpustakaannya berukuran 2x2 m dengan kondisi yang gelap serta pengap. Kondisi ini membuat anak-anak tidak nyaman saat menggunakan fasilitas perpustakaan sekolah. Hal serupa juga terjadi di sekolah lainnya. Perpustakaan sekolah ini berada di lantai dua yang juga difungsikan sebagai ruang komputer dan gudang. Sementara itu di sekolah yang ketiga tidak lagi memiliki ruang perpustakaan dan laboratorium komputer akibat kebakaran yang terjadi pada tahun 2016.
Keterbatasan sumber daya dari sekolah membuat fasilitas perpustakaan tidak lagi menjadi area yang nyaman untuk anak-anak. Perpustakaan sekolah malah menjadi gudang penyimpanan buku pelajaran atau beralih fungsi menjadi area untuk kegiatan lain. Padahal hasil FGD dari ketiga sekolah ini menunjukkan bahwa minat baca anak-anak cukup tinggi serta guru-guru pun aktif melakukan pembiasaan literasi di sekolah. Walaupun sumber bacaan di sekolah terbatas, guru-guru tetap berjuang membiasakan murid gemar membaca.
Urban School Library Project hadir tidak hanya untuk membantu penataan dan renovasi fasilitas sekolah, melainkan juga mengembangkan keterampilan serta kegiatan bersama anak-anak. Bersama dengan anak-anak program ini juga menginisiasi beberapa kegiatan berikut :
-
Digital Literasi, merupakan kegiatan diseminasi digital literasi
-
Program Sosialisasi Perlindungan Anak yang dilakukan melalui kegiatan nonton bareng dan diskusi film bersama Jakaringan Cinema
-
Training Management Perpustakaan kepada guru dengan tujuan menciptakan perpustakaan sekolah yang ramah anak.
-
Program ini juga turut mendukung pembiasaan literasi di sekolah serta menampung kreatifitas anak-anak, hal ni diwujudkan kedalam kompetisi murid sekolah yang dibagi kedalam kompetisi mendongeng dan kompetisi Kreasi Video TikTok.
“Aku senang karena dulu kalau ke perpustakaan harus izin dulu ke Kepala Sekolah dan tidak punya ruangan seperti ini, bukunya banyak, dan ada AC biar adem gitu. Terus ada tempat duduk yang enak,” ujar Nazeya, salah satu murid, setelah perpustakaan di sekolahnya selesai diperbaiki. “Harapan saya perpustakaan ini bisa bikin lebih tenang belajar dan membaca bukunya lebih nyaman,” tuturnya.
Penulis : Yonathan Prasha (Team Leader Urban School Library Project)
Penyunting : Mariana Kurniawati (Communication Executive)