Pos Gizi DASHAT, Aksi Nyata Pencegahan Stunting
![Pos Gizi DASHAT, Aksi Nyata Pencegahan Stunting](https://eproc.wahanavisi.org/userfiles/post/67a098a41e3f7.png)
Banyak faktor yang akan memengaruhi pertumbuhan seorang anak sejak lahir, seperti pemberian makanan yang bergizi, stimulasi yang sesuai dengan usia, serta pola asuh dari orang tua, keluarga, dan pengasuh. Dukungan dari luar rumah juga turut memengaruhi apakah anak akan bertumbuh menjadi anak yang sehat, pribadi yang tangguh serta mampu menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas.
Masalah stunting masih menjadi perhatian utama di Indonesia karena dapat mengganggu pembangunan bangsa. Jika prevalensi stunting tetap tinggi, kualitas sumber daya manusia di masa depan berisiko terganggu. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting di Indonesia tercatat sebesar 21,5%. Meskipun angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, angka tersebut belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 20%.
Berbagai upaya percepatan penurunan stunting telah dan terus dilakukan oleh pemerintah, mulai dari tingkat nasional hingga desa. Salah satu intervensi spesifik pencegahan stunting adalah melalui peningkatan literasi gizi kepada orang tua dan pengasuh anak balita, yang dilakukan melalui Program PASTI. Program ini mencakup pelaksanaan Pos Gizi DASHAT (PGD) di desa-desa dampingan.
PGD adalah program pemberdayaan masyarakat yang bertujuan mempercepat penurunan stunting. Pendampingan dilakukan melalui kelas intensif selama 12 hari untuk orang tua anak baduta (bawah dua tahun) dengan status gizi kurang, dilanjutkan dengan kelas reguler setiap bulan selama tiga bulan atau 90 hari berikutnya. Selama proses pendampingan, orang tua didampingi oleh relawan PGD, kader Posyandu, dan masyarakat sekitar. Hasilnya, anak baduta dengan status gizi kurang yang mengikuti pendampingan di PGD berhasil terhindar dari stunting.
Sepanjang program PGD, orang tua dilibatkan dalam berbagai aktivitas pemberian makanan "obat," yaitu makanan yang menggunakan bahan pangan lokal dan telah dirancang dengan menu yang memenuhi kebutuhan kalori, protein, zat besi, vitamin, dan mineral sesuai dengan kebutuhan anak. Menu seperti ini sangat penting untuk mendukung pertumbuhan anak. Selain itu, orang tua dan pengasuh juga diberikan edukasi mengenai pola asuh yang tepat serta pentingnya hidup bersih dan sehat.
Tidak hanya melalui teori, orang tua juga diajak untuk langsung mempraktikkan keterampilan memasak dan menyiapkan menu makanan "obat" tersebut. Setelah mencoba sendiri, banyak orang tua yang semakin termotivasi untuk menyajikan menu makanan seperti ini. Hal ini semakin diperkuat dengan fakta bahwa menu makanan "obat" dirancang berdasarkan penelitian khusus di wilayah tersebut, yang memastikan bahan-bahannya terjangkau dan menggunakan produk lokal.
Sejak 2023 hingga saat ini, program PASTI telah melaksanakan Pos Gizi DASHAT di 416 lokasi dan melibatkan 4.741 anak. Sebanyak 93,6% anak baduta berhasil menyelesaikan seluruh kelas di PGD. Dari kegiatan ini, tercatat 64,6% anak mengalami peningkatan berat badan minimal 200 gram selama kelas intensif, dan setelah 90 hari pendampingan, status gizi mereka membaik sebesar 49,5%.
PGD juga sangat mengedepankan keterlibatan masyarakat. Bahkan, kunci keberhasilan PGD terletak pada partisipasi masyarakat yang tinggi, khususnya dari ibu, ayah, dan warga sekitar. Keterlibatan ini tidak hanya sebatas sebagai peserta, tetapi juga dalam memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk menanam sayur. Masyarakat turut berperan aktif dengan memantau perkembangan anak baduta di lingkungan sekitar mereka.
"Sebelum program PASTI masuk desa, ada enam anak stunting. Berkat pendampingan dari program ini, jumlahnya turun menjadi empat anak di tahun berikutnya, dan pada tahun 2024, jumlahnya menjadi nol," kata Mesak, salah satu kepala desa yang berada di daerah dampingan. Sebagai pemangku kepentingan yang peduli terhadap kesehatan balita di desanya, Mesak juga mengalokasikan anggaran dalam APBDes. Anggaran tersebut akan digunakan untuk mendukung kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan kader kesehatan, sebagai bentuk dukungan serta kolaborasi yang efektif dalam upaya percepatan penurunan stunting di desanya.
Keberhasilan PGD juga terlihat di salah satu desa dampingan di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, di mana anak baduta yang menjadi peserta PGD mengalami peningkatan berat badan hingga 600 gram atau lebih. "Kami percaya bahwa masalah gizi bukan hanya soal pengetahuan dan akses, tetapi lebih kepada perilaku. Meskipun mereka mengetahui perilaku yang baik, tidak semua orang menerapkannya. Oleh karena itu, pendekatan yang diperkenalkan oleh program PASTI merupakan jawaban atas masalah-masalah tersebut," ungkap Ariyadi, salah satu kepala desa.
Hari Gizi Nasional yang diperingati setiap 25 Januari bisa menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk mengkolaborasikan berbagai sumber daya yang ada. Indonesia memiliki kekayaan bahan pangan lokal, tenaga ahli, serta dukungan dari para pemangku kepentingan. Pos Gizi DASHAT telah membuktikan bahwa kolaborasi dan sinergi dapat terjalin dengan baik, membawa perubahan yang bermakna bagi kesehatan anak-anak Indonesia.
Segala upaya yang melibatkan dukungan dari berbagai pihak ini berlandaskan pada semangat bahwa setiap anak Indonesia berhak mendapatkan menu makanan yang kaya akan protein hewani, melalui peningkatan pengetahuan dan perilaku orang tua atau pengasuh dalam memilih makanan yang tepat untuk anak. Menjadikan satu anak sehat adalah tanggung jawab kita bersama. Melalui Pos Gizi DASHAT, aksi pencegahan stunting di tingkat masyarakat dapat terwujud secara nyata, dengan melibatkan seluruh pihak yang aktif berpartisipasi.
Selamat Hari Gizi Nasional 2025.
Tentang Program PASTI
Program PASTI (Partner Akselerasi Penurunan Stunting di Indonesia) adalah program kemitraan antara Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN dengan Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), PT Bank Central Asia Tbk, dan Yayasan Bakti Barito yang diimplementasikan oleh Wahana Visi Indonesia sebagai mitra pelaksana utama dan Yayasan Cipta sebagai mitra pelaksana pendukung. Program PASTI mendukung percepatan penurunan stunting di empat provinsi di Indonesia (Banten, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur) hingga Januari 2027 melalui berbagai pendekatan di berbagai tingkat mulai dari remaja, calon pengantin, keluarga 1.000 Hari Pertama Kehidupan (1.000 HPK), hingga pemangku kepentingan terkait.
Penulis: dr. Dewi Sukowati, MPH (Senior Program Manager, PASTI Project)