Posyandu “Jemput Bola” Bantu Atasi Stunting di Desa
Setelah anak berusia 1 tahun, angka kunjungan ibu atau pengasuh ke posyandu semakin menurun. terutama bagi para ibu yang merasa anaknya sudah mendapatkan vaksin lengkap, padahal posyandu tidak hanya berkaitan dengan vaksinasi. Hal ini terjadi di wilayah layanan Wahana Visi Indonesia (WVI), salah satunya di Area Program Bengkulu Selatan.
Saat datang ke posyandu, berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala anak diukur untuk mendeteksi sejak dini jika terjadi hal-hal tidak diinginkan seperti kekurangan gizi. Namun, masih banyak orang tua yang menganggap bahwa posyandu hanya untuk menimbang berat badan dan melakukan vaksinasi pada anak.
Posyandu Kemuning di salah satu desa di Kabupaten Bengkulu Selatan juga menghadapi tantangan mengenai partisipasi masyarakat. Rata-rata perbulan, jumlah kunjungan masyarakat hanya 14% dari jumlah seluruh balita yang ada (91 anak). Anak-anak tersebut merupakan anak dengan usia di bawah 1 tahun. Kebanyakan orangtua sudah malas membawa anak ke posyandu karena sudah selesai memberikan imunisasi pada anak.
Berangkat dari hal tersebut, kader Posyandu Kemuning berinisiatif untuk “menjemput bola”, yakni melakukan kunjungan rumah untuk memastikan kesehatan anak-anak balita tetap terpantau.
“Dengan kami melakukan kunjungan rumah, kami bisa sedikit mengimbau para orang tua untuk lebih memperhatikan anak dan kalau bisa diajak ke posyandu agar pertumbuhan anak bisa dikontrol dengan baik oleh orang yang lebih memahami seperti Dinas Kesehatan,” ujar Rezi Kosila (23), salah satu kader di Posyandu Kemuning.
Kader-kader di Posyandu Kemuning merupakan para kader posyandu mendapatkan pendampingan langsung oleh WVI. Di awal tugasnya, para kader hanya melayani anak sebanyak 10-15 orang dari 91 anak balita per bulannya. Namun, dengan pengetahuan yang mereka dapatkan dari pelatihan posyandu, pelatihan konseling PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak) dan pendampingan rutin di posyandu, mereka terbeban untuk juga dapat melayani anak-anak yang lain.
Dengan dorongan baik dari PKK desa, puskesmas dan WVI, mereka berbagi tugas di setiap akhir aktivitas posyandu untuk mengunjungi anak-anak yang tidak hadir di posyandu. Hasilnya di bulan April 2022, mereka berhasil memantau perkembangan hingga 66 anak (72%).
“Itu sudah menjadi tugas kami, dari kunjungan rumah itu kami bisa belajar untuk bekerja sama, tahu jumlah anak, dan juga kami diajar sabar karena terkadang ada juga orang tua yang tidak suka,” lanjut ibu satu anak ini.
Hasil dari kunjungan rumah ini kemudian dilaporkan ke puskesmas dan pemerintah desa. Kader meminta untuk terus didukung oleh pemerintah desa terutama untuk kunjungan balita ke posyandu. Harapannya setelah melakukan kunjungan rumah, masyarakat semakin memahami pentingnya pemantauan kesehatan anak setiap bulannya di posyandu.
“Jangan lelah untuk mengajari kami ke arah kebaikan. Semoga desa kami akan jauh lebih baik dari sebelumnya. Semoga kami bersama WVI bisa mengimbau masyarakat untuk membawa anaknya ke posyandu. Terima kasih WVI,” pungkasnya.
Ditulis oleh: Nurpita Friska Sagala, TP Coordinator Area Program Bengkulu Selatan, Wahana Visi Indonesia