Sekolah Sementara yang Aman bagi Anak-Anak Cianjur
Saat ini, sebanyak 1.353 siswa-siswi penyintas gempa Cianjur bisa kembali melakukan kegiatan belajar-mengajar di enam sekolah sementara. Sekolah ini menyerupai saung yang erat dengan budaya Sunda. Pemanfaatan bahan lokal yakni, bambu sebagai material utama, juga turut menyumbang pemulihan ekonomi masyarakat Kabupaten Cianjur. Selain itu, bambu juga merupakan material bangunan yang lebih tahan terhadap gempa. Sekolah sementara ini menjadi contoh bangunan yang aman untuk digunakan anak-anak dan masyarakat.
Ahmad (53), anggota Komite Sekolah di salah satu SD yang bangunannya terdampak gempa, merasa khawatir dengan kelanjutan kegiatan belajar-mengajar setelah gempa terjadi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana anak-anak harus belajar di dalam tenda yang gelap dan pengap. Tenda tersebut juga tidak bisa menampung seluruh siswa karena sebagian areanya digunakan untuk menyimpan barang-barang sekolah yang masih bisa diselamatkan.
“Pembangunan sekolah sementara yang ada di kampung kami ini juga memberi kesempatan orang bisa berperan serta dan bisa mendapat upah yang sepadan. Mulai dari pengrajin bambu dan bilik, karang taruna , tukang dadakan, demikian juga saya dilatih untuk menjadi tukang dadakan. Hasilnya sangat membahagiakan bagi kami semua. Bangunan yang dibangun bersama membuat anak-anak di SDN ini bisa kembali bersekolah di tempat yang aman dan tidak kepanasan seperti di tenda,” tutur Ahmad.
Sekolah sementara ini pun menjadi tempat yang unik dan kreatif menurut Yusuf Suherman, Kepala Sekolah di salah satu SD yang juga terdampak. “Sekolah ini dibangun tanpa tukang dari luar desa, tapi mengajak warga desa untuk sama-sama terlibat,” ujarnya. Selain itu, anak-anak pun turut berpartisipasi menghias dinding sekolah dengan gambar-gambar berwarna-warni. Suasana sekolah jadi meriah dan ceria.
Seluruh sekolah ini merupakan hasil kemitraan yang baik dengan masyarakat, serta dukungan dari Sun Life melalui Wahana Visi Indonesia. Selain bangunan sekolah sementara, telah tersedia juga sarana CTPS dan toilet sementara yang dapat digunakan oleh para siswa dan guru. Kebersihan dan kesehatan para murid serta guru juga menjadi perhatian penting dari pembangunan sekolah sementara ini.
“Dengan adanya sekolah bambu ini kami sangat senang. Selain sekolah ada juga tempat cuci tangan di pintu sisi kiri dan sisi kanan. Kami sangat senang selain tempat belajarnya lebih baik dan adem kami juga bisa beribadah sama-sama di sini. Selain bantuan bangunan sekolah, kami juga mendapatkan pelatihan yang diberikan oleh kakak- kakak WVI. Kami belajar mengenali risiko bencana dan belajar memetakan lokasi sekolah kami agar kami tahu ke mana kami pergi jika bencana datang saat kami belajar. Hal ini adalah pelajaran baru bagi kami. Saat ini kami belajar mengenali lingkungan sekolah kami dengan baik,” tutur Hasan (11), seorang murid kelas 5 SD yang menggunakan sekolah sementara sebagai tempat belajarnya sekarang.
Sekolah sementara menjadi sarana yang sangat bermanfaat, aman, dan mendukung anak-anak bisa kembali bersekolah sesegera mungkin setelah bencana terjadi. Hal ini juga menjadi salah satu bentuk dukungan psikososial bagi anak-anak yang menjadi penyintas. WVI akan melanjutkan tanggap bencana gempa Cianjur hingga akhir April 2023. Fokus tanggap bencana akan mengarah pada pemulihan ekonomi masyarakat melalui Cash and Voucher Program (CVP). Selain itu, untuk menjamin keberlanjutan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan pada masa tanggap bencana, WVI juga melakukan serah terima serta mendiskusikan rencana tindak lanjut dengan dinas-dinas terkait di Kabupaten Cianjur.
Penulis : Mariana Kurniawati (Communication Executive)
Kontributor : Tim WVI untuk Tanggap Bencana Gempa Cianjur