Siaga Bencana Dimulai dari Sekolah
Berada di situasi bencana sudah pernah dialami Ratna (52), seorang guru asal Ende, NTT. Dirinya pernah merasakan gempa di Flores pada 1992 silam. Sayangnya, meski berada di wilayah yang rentan bencana, tidak pernah ada pihak yang mengajarkan atau mendiskusikan terkait ancaman bencana kepada masyarakat di tempatnya berada.
Ratna tidak pernah mengetahui hal apa saja yang harus dilakukannya terkait bencana, hingga Wahana Visi Indonesia Area Program Ende hadir dan mengajaknya berdiskusi terkait pentingnya kesiapsiagaan dalam mengurangi risiko bencana yang dimulai dari sekolah. Bersama para guru lainnya, Ratna mendapatkan hal baru yang tidak pernah didengarnya sebelumnya.
“Sebagai seorang guru, pada umumnya kami hanya memperhatikan kondisi di mana kami melakukan aktivitas. Seperti saya sebagai guru kelas 1, maka saya tidak terlalu sering memperhatikan kondisi sekolah secara keseluruhan. Namun, lewat kegiatan lokakarya Satuan Pendidikan Aman Bencana yang difasilitasi oleh WVI ini, kami semua guru menjadi paham bahwa kenyamanan kami di lokasi sekolah ternyata belum aman bagi kami,” ujarnya.
Sejak mengikuti pelatihan, Ratna mulai mengerti hal mana saja yang dianggap salah dan mana yang benar. Misalnya dalam membangun sebuah tangga di sekolah. Ratna baru mengerti bahwa pijakan anak tangga di sekolah seharusnya dibuat nyaman bagi pengguna.
“Kami pikir sebagai orang desa kami cukup kuat untuk melangkah di tangga yang jarak pijakan anak tangga yang kurang lebih hampir 50 cm dengan pijakan anak tangga lanjutannya. Pun bagaimana dengan kesanggupan anak-anak didik kami, terkadang luput dari perhatian karena berfikir mereka biasa untuk kondisi seperti itu karena kami tinggal di desa,” ungkapnya.
Selain mendapatkan pelatihan, Ratna dan para guru dan komite sekolah juga diberikan kesempatan mendengarkan masukan dari para siswa terkait hal-hal apa saja yang berpotensi membuat sekolah menjadi rentan akan bencana seperti saat terjadi angin topan.
Guna menindaklanjuti apa yang sudah didapatkan, Ratna, para guru dan pihak komite sekolah berkomitmen untuk melakukan perbaikan infrastruktur di sekolah.
“Aksi kecil yang akan kami lakukan seperti membuat pijakan tangga menjadi lebih rendah, memperbaiki pintu sekolah yang rusak dan akan melakukan simulasi terkait kesiapsiagaan yang kami sudah hasilkan. Kami sebagai Guru memang tidak berharap ada bencana saat anak-anak berada di sekolah, namun sekiranya terjadi kami sudah belajar sedikit terkait upaya penyelamatan mandiri. Terimakasih WVI yang telah membantu dan mendampingi sekolah,” tutup Ratna.
Ditulis oleh: Jemmy Debora, CD Coordinator Area Program Ende & Putri Barus, Communications Officer Wahana Visi Indonesia