Simfoni Perubahan Menuju Lingkungan yang Ramah Anak

Simfoni Perubahan Menuju Lingkungan yang Ramah Anak

“Not all of us can do great things. But we can do small things with great love.” - Mother Teresa  

 

Kalimat dari Bunda Teresa di atas sangat tepat mengawali cerita Alwi, seorang pemuda dari Jatinegara, Jakarta Timur. Sebagai seorang manusia dan bagian dari masyarakat kita seringkali dituntut untuk melakukan hal besar yang berdampak bagi orang di sekitar kita. Namun apakah hal besar itu? Apakah setiap orang harus melakukan sesuatu yang sangat berkesan dan dapat dikenang oleh orang banyak? Atau apakah cukup dengan membuat perbedaan melalui tindakan kecil yang bermakna, sarat kepedulian, dan dedikasi yang tulus? 

Di tengah komunitas tempat Alwi tinggal, ia menemukan bahwa sesungguhnya sesuatu yang besar itu bisa bermula dari tindakan-tindakan kecil yang penuh kasih. Perjalanan Alwi membawa perubahan dimulai bukan dengan gerakan atau reformasi besar-besaran, tetapi dengan tujuan bersama untuk menciptakan lingkungan yang ramah anak, tempat di mana setiap anak dapat berkembang, merasa aman, dan hak-haknya dihormati. 

Alwi, seorang alumni Forum Anak tingkat kelurahan dan kecamatan, saat ini telah menjadi pendamping Forum Anak di areanya. Selain itu, ia juga terlibat dalam kelompok anak dan remaja Jakaringan Cinema Club. Alwi juga aktif sebagai fasilitator Life Skills Education dan peneliti anak. Bersama dengan teman-teman di komunitasnya, Alwi telah melakukan banyak hal sederhana namun berdampak. 

Pemuda berusia 24 tahun ini mengenal Forum Anak yang didampingi Wahana Visi Indonesia pada tahun 2017. Saat itu ia masih berusia 15 tahun. “Dulu, saya adalah anak yang pemalu dan kurang percaya diri, khawatir dengan pengalaman baru dan interaksi dengan orang baru. Namun, Forum Anak membuka pintu ke dunia di mana saya dapat tumbuh dan membuat perubahan. Itu adalah tempat di mana saya belajar tidak hanya tentang keterampilan hidup tetapi juga tentang kekuatan upaya kolektif dan pentingnya mengadvokasi diri kita sendiri dan orang lain,” ujarnya. Saat ini, ketika Alwi telah menjadi pemuda dewasa, ia mengambil peran sebagai fasilitator atau pendamping untuk membantu anak-anak lain mendapatkan kepercayaan diri dan keterampilan yang sama seperti yang ia miliki sekarang. 

"Pertemuan rutin Forum Anak itu lebih dari sekadar rutinitas. Anak-anak dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan membangun persahabatan yang tulus karena ada pertemuan ini. Kami juga memperkenalkan life skills education training saat pertemuan rutin,” cerita Sarjana Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta ini. 

Kegiatan-kegiatan di Forum Anak, baik pertemuan rutin maupun aktivitas lainnya, memungkinkan anak-anak untuk terhubung satu sama lain, menciptakan jaringan pendukung yang memiliki tujuan dan impian yang sama. “Sama seperti yang sudah diajarkan oleh kakak kakak WVI pada kami dahulu, kami bertekad untuk meneruskannya kepada adik-adik kami di wilayah ini,” ujar Alwi. 

Berperan sebagai relawan yang mengayomi anak-anak di wilayah Jatinegara bukan hal yang mudah. Hampir setiap akhir pekan, Alwi harus menyusun berbagai kegiatan. Di balik rasa lelah, ternyata Alwi tetap menemukan sukacita karena perubahan sedang terjadi di daerahnya. “Salah satu perubahan baik yang kami amati adalah pengembangan keterampilan advokasi adik-adik kami. Sebagai anak-anak dari berbagai kelurahan di kecamatan Jatinegara, kami menyadari pentingnya menyuarakan keprihatinan dan keinginan kami untuk kehidupan anak-anak yang lebih baik. Melalui kelompok peneliti anak, kami melakukan penelitian dan mengumpulkan data tentang isu-isu yang mempengaruhi teman sebaya kami. Berbekal informasi ini, kami melakukan advoaksi ke pejabat pemerintah setempat, menyampaikan temuan dan rekomendasi kami. Upaya kami tidak sia-sia. Pemerintah melakukan perbaikan nyata, seperti program pencegahan tawuran, sekolah ramah anak, dan dukungan pada Forum Anak,” ungkap Alwi. 

Anggota dan pendamping Forum Anak selalu mengutamakan ketulusan dalam melakukan setiap kegiatan. Bagi Alwi, ketulusan inilah yang membawa perubahan. “Awalnya kami anak-anak yang pemalu, minder, dan rentan tapi akhirnya diberi ruang untuk berkembang dan kini kami mau menjadi bagian dari perubahan. Tindakan kami mungkin tampak kecil bagi sebagian orang, tetapi didorong kepedulian dan dedikasi upaya kecil dan konsisten yang kami lakukan berhasil mengajak orang lain memperbaiki lingkungan kami,” pungkasnya. 

Anak-anak Jatinegara telah menjadi agen perubahan bagi komunitasnya. Jatinegara yang lebih mengutamakan hak anak terwujud berkat upaya dan partisipasi anak-anak sendiri. Anak-anak yang dulunya pemalu dan tidak percaya diri telah bertransformasi menjadi pendukung sebaya dan pemimpin yang percaya diri. Dampak dari kerja baik Alwi, anggota, dan pendamping Forum Anak lainnya terlihat dari senyum anak-anak yang sekarang memiliki lingkungan yang mendukung dan mengayomi perkembangan mereka. 

"Kami mungkin tidak melakukan tindakan besar, tetapi upaya kolektif kami telah menciptakan getaran perubahan yang terus memberi manfaat bagi komunitas kami. Ini bisa jadi pengingat bahwa setiap tindakan kecil, ketika didorong oleh kepedulian dan kasih yang tulus, dapat berkontribusi pada transformasi yang lebih besar dan bermakna,” tutup Alwi yang saat ini sedang mengejar impiannya untuk menjadi seorang guru. 

 

 

Penulis: Ersa Lakukua (Koordinator MEL kantor operasional WVI area Urban Jakarta), Alwi (pendamping Forum Anak dan anggota MJPA atau Masyarakat Jatinegara Peduli Anak) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait