Upgrade Potensi Diri Sembari Mengedukasi
Bercerita tentang kekerasan terhadap anak takan pernah habis, begitu juga dengan berbuat untuk menghapus kekerasan terhadap anak. Bersuara agar orang perduli terhadap anak tidak akan cukup dengan motivasi dan kemauan semata, harus ditunjang dengan kapasitas diri yang baik, berjejaring, serta membuka diri untuk belajar dan berbagi dengan orang-orang yang peduli terhadap anak.
Nurdin (52) adalah salah satu warga Desa Cipta Karya yang memutuskan untuk menjadi aktivis Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) di desanya. Rasa peduli terhadap anak-anak di desanya yang banyak mengalami kekerasan, mendorongnya untuk menjadi aktivis walau belum tahu apa yang harus dilakukan.
“Saya merasa banyak sekali kekurangan, karena sebagai aktivis saya dan teman-teman dituntut untuk memiliki pengetahuan lebih tentang perlindungan anak dan kemampuan komunikasi yang baik agar bisa memfasilitasi kegiatan di masyarakat,” kata Nurdin.
Keraguan Nurdin lalu disampaikan kepada teman-teman aktivis PATBM dan pendamping dari Wahana Visi Indonesia (WVI) Area Program Bengkayang dalam pertemuan bulanan PATBM. Mereka kemudian menyepakati agar dalam setiap pertemuan bulanan diisi dengan latihan untuk memfasilitasi kegiatan.
Melalui pelatihan yang dilakukan oleh WVI serta kesempatan untuk memfasilitasi kegiatan di tingkat dusun, rasa percaya diri dan kemampuan komunikasi Nurdin semakin meningkat. Nurdin kemudian dipercaya untuk menjadi fasilitator dalam kegiatan Workshop Pengembangan Desa Layak Anak di Kabupaten Bengkayang yang diikuti oleh Kepala Desa, Ketua BPD dan para perangkat desa.
“Terima kasih kepada WVI dan teman-teman aktivis PATBM yang sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk bisa berbagi dalam kegiatan ini. Karena dukungan teman-teman, saya bisa tampil dengan baik dan ini sangat membantu saya untuk meningkatkan kemampuan saya dalam membawakan materi,” ujar ayah lima anak ini bahagia.
Pekerjaan mulia Nurdin dan teman-temannya ternyata berbuah manis. Tak hanya meningkatkan kapasitas diri, Nurdin mulai melihat perubahan perilaku masyarakat yang mendapatkan pelatihan darinya. Menurutnya, semakin banyak orang yang peduli dan sadar untuk mau melindungi anak dari praktik-praktik kekerasan.
Ditulis oleh: Yan Riwu, CESP Coordinator Area Program Bengkayang Wahana Visi Indonesia