WUSAN Memicu Ekonomi Masyarakat Desa
“Stop Buang Air Besar di Tetangga” sempat menjadi slogan di dua dusun yang berada di sebuah desa di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Slogan ini tercetus karena masih banyaknya rumah warga yang tidak memiliki jamban sehat di rumahnya sehingga kerap menumpang BAB di rumah tetangga. Hal ini juga terbukti dari hasil pemicuan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) yang dilakukan WVI bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Ende. Teridentifikasi juga bahwa kebanyakan warga yang tidak memiliki jamban sehat merupakan keluarga yang kondisi ekonominya terbatas.
Melihat bagaimana pentingnya sanitasi dalam mendukung kesehatan keluarga, Komite Air di salah satu desa dampingan WVI ini pun mengambil peran untuk mengatasi kebiasaan ini. Apalagi, sebenarnya warga sudah berkomitmen untuk mendeklarasikan dusun mereka sebagai dusun bebas BABS. Karena masalah sanitasi yang dihadapi di dusun tersebut beririsan dengan masalah ekonomi, maka Komite Air, pemerintah desa, dan tokoh adat memutuskan untuk memberikan pelatihan pembuatan jamban sehat di desa. Harapannya, pelatihan ini dapat memicu munculnya Wira Usaha Sanitasi (WUSAN) di kedua dusun tersebut.
Pelatihan pembuatan jamban sehat pun dilakukan di desa pada Januari 2024 lalu. Bapak Matias, staf Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, menjadi narasumber dalam pelatihan ini. Selain menjelaskan proses pembuatan jamban sehat dan hemat, Bapak Matias juga menjelaskan tentang manajemen penjualan kloset. Hal ini bersumber dari pengalamannya sendiri yang sudah menjadi pengusaha jamban sehat di Kupang.
“Saya lihat kerja seperti ini saya rasa kami bisa buat karena Pak Matias ajar kami secara jelas dengan bahasa yang sederhana saja sehingga kami cepat paham. Kami juga disini kebanyakan tukang,” ungkap Bapak Benyamin, salah satu peserta pelatihan sekaligus berperan sebagai sekretaris Komite Air. Ia pun melanjutkan, “Saya lihat hasil jambannya sama seperti di toko bahkan hasil kami punya ini lebih baik karena campurannya kuat betul. Kalau di toko menang mulus diluar saja. Kalau hasil seperti ini kami jual pasti banyak yang beli karena sangat menarik hasilnya,”.
Bapak Benyamin serta warga yang menjadi peserta pelatihan berharap jamban sehat bukan hanya dapat dimanfaatkan sendiri di rumah, tetapi dapat menjadi penggerak ekonomi keluarga. Wawasan yang sudah diterima melalui pelatihan akan mereka terapkan di rumah, dan juga sebagai salah satu modal untuk memulai WUSAN. Sehingga, selain anak dan keluarga hidup lebih bersih dan sehat, pengelolaan ekonomi rumah tangga pun berkembang.
Saat ini, usaha jamban sehat dan hemat di desa masih terbentur masalah modal. Komite Air, pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan WVI akan mencari solusi untuk masalah ini. Salah satunya adalah dengan mencoba menjalin kemitraan dengan pihak swasta seperti bank atau koperasi. Selain itu, para pemangku kepentingan di desa juga ingin melibatkan Gereja dan juga Pokja PKP (Kelompok kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman) Kabupaten untuk mengembangkan WUSAN di desa. Dengan sinergi yang nantinya tercipta, keberlanjutan desa yang sehat dan bersih dapat makin terjamin dan anak-anak pun dapat bertumbuh-kembang dengan maksimal.
Penulis: Yohanes Brechmans Tanaboleng (staf proyek FINWASH4UC area Kabupaten Ende)
Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive)