Kembali Belajar Menjadi Orang Tua yang Penuh Kasih

Kembali Belajar Menjadi Orang Tua yang Penuh Kasih

Di salah satu desa dampingan Wahana Visi Indonesia untuk Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Ibu Syli menjalani perannya sebagai seorang gembala jemaat dengan penuh dedikasi. Beliau aktif terlibat dalam berbagai kegiatan baik di lingkungan Gereja maupun di luar. Ia merasakan kebahagiaan tersendiri karena bisa melayani komunitasnya. 

Selain menjalani aktivitas sehari-hari, Ibu Syli juga menjadi sosok yang mendorong terjadinya perubahan pola pengasuhan orang tua terhadap anak. Hal ini ia jalani setelah mengikuti pelatihan Pengasuhan Dengan Cinta (PDC) yang difasilitasi oleh Wahana Visi Indonesia dan mitra.  

Dalam kesempatan itu, beliau merasakan banyak manfaat. “Saya sangat senang bisa belajar dari banyak tempat. Tidak hanya belajar terkait pelayanan di Gereja, tapi belajar banyak tentang keluarga dan melayani anak dengan baik,” ucapnya. 

Sebelum adanya pendampingan dari Wahana Visi Indonesia, desa tempat Ibu Syli melayani cenderung pasif. “Dulu, beberapa orang saja yang mau mengikuti kegiatan, apalagi kalau yang berkaitan dengan pelayanan. Banyak orang tidak berani untuk itu,” kenangnya. Namun, seiring waktu, masyarakat mulai menunjukkan keberanian untuk terlibat. 

“Sekarang banyak orang berani untuk mengikuti kegiatan karena mereka dan bahkan saya sendiri belajar kembali bahwa pelayanan tidak hanya dilakukan di Gereja saja. Tapi bagaimana kita bisa melayani keluarga kita dengan baik, melayani suami dan anak dengan baik,” jelas Ibu Syli. 

Perubahan ini terlihat dari keterbukaan masyarakat untuk berbagi pengalaman dan belajar satu sama lain. “Kami belajar mengenal anggota keluarga kami, tidak hanya menilai dari tingkah laku dan perbuatan, tetapi belajar untuk bisa menjadi teman dari anak dan suami sehingga kami bisa berbagi banyak hal terkait apa yang mereka suka dan tidak suka,” tambahnya. 

Kini, Ibu Syli dan komunitasnya menunjukkan bahwa keberanian untuk berbagi dan belajar bersama dapat membawa perubahan positif. “Saya masih ada kepikiran dengan masa depan anak saya, namun saya lebih mencoba untuk menenangkan diri saya dan memberikan kepercayaan kepada anak saya dengan cara diskusi dengan dia tentang apa yang dirasakannya,” tutup Ibu Syli, menegaskan pentingnya komunikasi dalam keluarga. 

 

 

Penulis: Anissa Christin Sepenriana (Penyedia Jasa Individu kantor operasional WVI di Sintang) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait