Mimpi Ibu Min: Ketika Gereja Menjadi Rumah yang Aman bagi Anak

Di sebuah desa kecil di Kabupaten Halmahera Timur, Ibu Min, seorang pendeta sekaligus ibu bagi anak-anaknya, menyimpan sebuah mimpi besar—bahwa suatu hari nanti, semua Gereja akan memiliki pemahaman yang sama: anak-anak wajib dilindungi dan dihargai sebagai bagian penuh dari warga jemaat.
Baginya, Gereja tidak seharusnya hanya menjadi tempat bagi orang dewasa. Jemaat, menurut Ibu Min, dimulai sejak seorang anak lahir hingga ia tumbuh dewasa. Namun kenyataan di sekitarnya berbeda. Ia melihat banyak Gereja masih mengabaikan kehadiran anak-anak, memandang mereka sebagai pengganggu dalam ibadah, dan tidak memberi ruang aman untuk suara kecil mereka.
Langkah pertama yang ia lakukan bukan membangun infrastruktur atau fasilitas tertentu, tapi menyadarkan hati dan pikiran masyarakat, bahwa anak-anak juga berhak mendapatkan perlindungan, rasa aman, dan penghargaan atas keberadaan mereka. Bersama masyarakat, Ibu Min mulai membangun Rumah Baca, sebuah tempat sederhana yang menjadi simbol bahwa anak-anak itu penting. Di tempat ini, anak-anak bebas menjadi diri mereka sendiri, merasa bahwa keberadaan mereka dihargai, bahkan lebih penting dari orang dewasa yang biasanya mendominasi ruang.
Di dalam gerejanya sendiri, Ibu Min menanamkan nilai yakni, anak-anak tidak boleh dibatasi. Jika mereka mondar-mandir di tengah ibadah, itu bukan gangguan—itu adalah kehidupan. Orang dewasa harus tetap fokus beribadah sambil tetap menghargai dunia anak. Karena justru di dalam kebebasan itulah, Gereja belajar menjadi tempat yang ramah bagi semua.
Motivasi terbesar Ibu Min datang dari dua hal: panggilan imannya sebagai pendeta dan keyakinannya bahwa anak-anak adalah aset masa depan. Ia percaya bahwa Yesus sendiri adalah guru yang memperhatikan anak-anak. Maka, jika Gereja ingin tetap hidup dan memberi harapan, ia harus mulai dari anak-anak—bukan menunggu mereka dewasa, tapi membentuk mereka sejak kini.
Baginya, melindungi anak-anak bukan hanya tugas, tapi panggilan suci. Karena bangsa, Gereja, dan masa depan, semuanya bertumpu pada generasi kecil yang hari ini membutuhkan pelukan aman dari dunia yang kadang terlalu keras. “Untuk masyarakat di luar sana tidak ada pilihan lain, wajib hukumnya anak-anak harus dilindungi dari apapun, dan semua orang terpanggil untuk melakukan itu,” pungkas Ibu Min.
Penulis: Sisilya Tobing (Fasilitator Pengembangan kantor operasional WVI di Halmahera Timur)
Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive)