Alor siap kembangkan kacang kenari berbasis teknologi dan hilirisasi

Alor siap kembangkan kacang kenari berbasis teknologi dan hilirisasi

Pemerintah Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) siap mengembangkan komoditas kacang kenari sebagai potensi unggulan daerah melalui pendekatan teknologi dan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah di tingkat petani.

Bupati Alor Iskandar Lakamau mengatakan bahwa kenari telah menjadi bagian dari identitas masyarakat Alor, seiring dengan branding Nusa Kenari yang mulai digaungkan pemerintah daerah. Komoditas ini memiliki nilai ekonomi dan ekologi yang tinggi, serta layak dikembangkan secara terencana.

"Kenari ini tumbuh alamiah dan khas Alor. Rasanya unggul, nutrisinya tinggi dan bisa jadi ikon daerah. Karena itu, kami dorong agar masyarakat tidak hanya menjual bahan mentah, tapi juga mengolah menjadi produk turunan, seperti camilan dan minyak," kata Iskandar saat ditemui di kantornya di Kalabahi, Alor, Jumat.

Ia menjelaskan kenari telah tersebar di berbagai wilayah, seperti Alor Timur, Pantar, Leilanduhi, Sebanja, Kamot, hingga Bukapiti. Cita rasa yang seragam dan khas menjadikan kenari Alor berpotensi dipasarkan secara nasional, bahkan untuk ekspor.

 

 

Dalam upaya mendukung pengembangan berbasis teknologi, Pemerintah Kabupaten Alor menjalin kolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta lembaga Wahana Visi Indonesia (WVI) untuk menyiapkan teknologi budi daya, pengolahan kenari yang lebih efisien dan dilengkapi dokumen penunjang.

Melalui dukungan riset, teknologi, dan kolaborasi multipihak, kenari diharapkan menjadi komoditas strategis yang tidak hanya menjaga ekosistem lokal, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani di Kabupaten Alor.

Salah satu langkah yang sedang ditempuh Pemerintah Kabupaten Alor dan mitra strategisnya adalah mempercepat pengurusan sertifikasi Indikasi Geografis (IG) bagi kenari Alor ke Kementerian Hukum.

Bupati Iskandar menilai hal ini penting dilakukan sebagai pijakan pertama perlindungan kenari Alor, yang memiliki kekhasan tersendiri, karena dihasilkan dari pohon raksasa berusia ratusan tahun dan juga membuka akses pasar yang lebih luas ke mancanegara.

“Dalam waktu dekat ini kami berharap kenari tidak hanya menjadi hasil hutan, tapi dibudidayakan secara berkelanjutan dengan pendekatan teknologi yang ramah lingkungan yang sedang kami kembangkan bekerja sama dengan BRIN dan WVI,” ujar Iskandar.

Daniel, petani sekaligus Ketua Asosiasi Kenari Alor, menunjukkan buah kenari yang belum dikupas yang memberi manfaat ekonomi di kawasan hutan kenari, Alor Timur Laut, Nusa Tenggara Timur, Jumat (13/6/2025). (ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo)

Kacang kenari tak sekadar menjadi camilan atau bahan tambahan masakan di Kabupaten Alor, NTT. Bagi sebagian keluarga petani, hasil panen kenari menjadi sumber utama untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka.

"Setiap hari saya dan suami mencari buah kenari di hutan. Setelah itu dibawa pulang untuk dititik (dipecah/dikupas) di rumah. Kami kumpulkan seminggu sekali untuk dijual, uangnya dipakai bayar sekolah anak," kata Daniel, petani kenari saat ditemui di kawasan hutan kenari Alor Timur Laut.

Pengolahan kacang kenari oleh masyarakat di Alor Timur Laut masih secara manual, mulai dari pengumpulan hingga pemecahan cangkang menggunakan batu.

Meski begitu, Daniel bersama istrinya bisa mengumpulkan 5-10 kilogram kacang kenari bersih dalam sehari dan siap dijual ke pengepul setiap dua kali dalam sepekan. Kacang kenari petani Alor Timur Laut dibandrol senilai Rp35 ribu per kilogramnya.

"Cukup untuk hidup dan anak-anak kami yang sekolah. Tiga sudah sarjana, dan satu baru menikah kemarin, yang paling kecil sekolah. Pokoknya yang dapat langsung dipukul dan dititik. Kami tidak pilih-pilih yang ada saja," kata ayah tujuh orang anak yang murah senyum ini.

Kacang kenari Alor Timur Laut, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Jumat (13/6/2025). (ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo)

Daniel yang juga Ketua Asosiasi Kenari Alor itu sangat mendukung inisiatif yang dilakukan pemerintah untuk memberi perlindungan terhadap pohon kenari, dan juga siap memfasilitasi mereka dengan teknologi pengolahan hasil panen, termasuk dokumen penunjang untuk meningkatkan nilai tambah.

"Tentu saja kami berterima kasih kepada pemerintah, WVI, BRIN, ya berkat bantuan dan dukungan mereka, kenari Alor sudah memiliki nilai jual tinggi, sekarang kami di desa ini yang sekitar 300-an keluarga khususnya memanfaatkan kenari sebagai sumber ekonomi," ujarnya.

 

Sumber: Alor siap kembangkan kacang kenari berbasis teknologi dan hilirisasi - ANTARA News


Artikel Terkait