Belajar Rasa Main Anak-anak di Pinggiran Danau Sentani

Belajar Rasa Main Anak-anak di Pinggiran Danau Sentani

Jam belum menunjukkan pukul 15.00 WIT ketika saya mengunjungi desa di pinggiran Danau Sentani, Kecamatan Sentani, Kabupaten Jayapura pada Sabtu, 24 Mei 2025. Tapi, semangat anak-anak datang belajar baca tulis tak luntur meski usai hujan deras dan hari libur sekolah.

Dua anak laki-laki terlihat menyapu ruang kelas yang dijadikan tempat belajar, sementara menunggu teman-teman lain. Hari itu ada kegiatan mingguan Rumah Baca, program yang diinisiasi Wahana Visi Indonesia (WVI) beberapa tahun terakhir.

Ruang kelas semakin penuh diisi anak-anak kelas 1-6 SD seiring jam belajar dimulai pukul tiga tepat. Tutor Rumah Baca, Ida E, menanyakan kabar anak-anak yang kemudian disambut jawaban dengan yel-yel. Sebelum masuk ke inti kegiatan, anak-anak diajak bernyanyi dan tak lupa berdoa.

Tutor Rumah Baca lainnya, Vince, lalu melanjutkan kegiatan dengan membacakan cerita Kancil dan Buaya di Sungai. Sekitar 25-an anak yang hadir sore itu memperhatikan betul cerita yang dibacakan.

“Dari cerita ini bisa kita ambil pesan, bila membutuhkan bantuan kita harus bilang,” kata Vince, Sabtu, 24 Mei 2025.
 
Usai dibacakan cerita, anak kembali diajak bernyanyi. Sesudahnya, masuk ke kegiatan yang paling disukai, yakni bermain. Tak sekadar bermain, ada banyak pelajaran yang bisa diambil.
 
Pada sesi ke-26 ini, anak-anak diajarkan berhitung. Tak sulit, anak-anak diminta membuat kelompok dengan pembagiannya lewat berhitung 1-3.

Belajar Rasa Main Anak-anak di Pinggiran Danau Sentani

Tutor Rumah Baca, Vince, saat membacakan cerita pada anak-anak. Medcom.id/Renatha Swasty

Setelah terbagi tiga kelompok, anak-anak ditugaskan untuk menuliskan angka 1-10 di sebuah kertas. Tak ragu-ragu, mereka berebut untuk bisa menulis angka yang sudah ditugaskan ke kelompoknya.
 
Usai itu, anak-anak diajak beraktivitas di luar ruangan. Biasanya, anak-anak selalu belajar di luar kelas. Tempat mereka biasa belajar yakni di bawah pohon belakang sekolah atau lapangan yang langsung menghadap ke Danau Sentani.
 
Sebelum kegiatan sore itu, hujan deras turun, sehingga anak-anak tak bisa banyak berkegiatan di luar ruangan. Namun, mereka sempat bermain estafet bola setelah sebelumnya membagi lima kelompok dengan berhitung.

Dalam balutan permainan anak itu juga diselipkan nilai-nilai kehidupan, salah satunya kebersamaan dan kerja sama. “Anak-anak tidak cuma bermain tapi belajar. Sebelum-sebelumnya, sempat belajar abjad, lalu dari abjad itu kita minta mereka sebutkan kata yang mereka tahu,” beber Ida E.
 
Cara ini efektif mendorong anak untuk mau belajar baca tulis. Maklum, tingkat literasi anak-anak di desa itu masih rendah. Ismail misalnya, sudah kelas 5 SD tetapi belum lancar membaca.
 
Ismail tak sendiri, masih banyak anak-anak yang belum lancar baca tulis. Tapi, mereka tidak ciut. Justru, semangat mengikuti kegiatan Rumah Baca.

“Paling senang kegiatan main karena seru,” kata Ismail.
 
Berbeda dengan Ismail, anak lainnya Apilo senang ketika sesi membacakan cerita. Tutor juga selalu menyelipkan pesan yang bisa diterima dengan mudah oleh anak.

Belajar Rasa Main Anak-anak di Pinggiran Danau Sentani

Anak-anak menulis angka di kertas. Medcom.id/Renatha Swasty

Ida menyebut meskipun anak-anak itu belum lancar baca tulis hingga kini, tapi kegiatan yang ia lakukan bersama lima temannya itu mampu membawa perubahan lain dalam diri anak.
 
Selama kegiatan Rumah Baca, anak didorong aktif untuk maju ke depan menjawab pertanyaan, membaca, atau bernyanyi. Hal itu membuat mereka tak malu kalau-kalau disuruh tampil di depan banyak orang.
 
“Saya dikasih tunjuk video, anak kelas 5 cerita lucu di depan. Mereka bilang anak itu berani sekali. Saya bilang ‘ah itu karena sering di Rumah Baca’,” kata Ida sambil tertawa bangga.

 

Sumber: Belajar Rasa Main Anak-anak di Pinggiran Danau Sentani

 


Artikel Terkait