Kebun Gizi Apung, Harapan Baru Ketahanan Pangan Masyarakat Asmat

Kebun Gizi Apung, Harapan Baru Ketahanan Pangan Masyarakat Asmat

Sebagian besar wilayah Kabupaten Asmat, Papua, terdiri dari rawa-rawa dan perairan, sehingga tidak cocok digunakan untuk menanam tumbuhan pangan. Keterbatasan lahan untuk bercocok tanam berdampak langsung pada ketersediaan pangan masyarakat setempat.

Akibatnya, banyak warga yang mengalami kekurangan gizi.  Untuk mengatasi itu, Wahana Visi Indonesia (WVI) menggagas program "Kebun Gizi Apung". “WVI membantu mereka dengan kebun apung supaya variasi sayuran yang mereka konsumsi itu bertambah," ujar Ibeth Sinagar, koordinator program di area program Asmat dari WVI, kepada Kompas.com, Sabtu (3/8/2024).

Program ini dirancang untuk memberdayakan masyarakat lokal dalam mengembangkan kebun sayur apung di daerah yang terkenal dengan perairan luas itu.

Kebun dibangun menggunakan kayu yang dipasang sejajar dengan rumah warga, sehingga menciptakan kesan mengapung di atas tanah. Desain ini dipilih agar kebun dapat bertahan di atas air sekali pun sungai sedang pasang. Tanah yang digunakan diambil dari hutan, sedangkan untuk bibit sayuran diberikan oleh WVI.

Warga konsumsi berbagai macam sayuran

Ibeth mengatakan program ini dirancang untuk meningkatkan variasi sayuran yang dikonsumsi oleh warga setempat.

Dengan media tanam yang mengapung di atas air, masyarakat Asmat kini dapat menanam berbagai jenis sayuran hijau seperti bayam, kangkung, dan sawi, yang selama ini sulit didapatkan di daerah tersebut.

"Jadi ada kangkung, ada bayam, jadi sejak adanya kebun apung ini variasi sayuran yang mereka makan juga jadi bertambah seperti itu,” ujar Ibeth.

WVI tidak hanya menyediakan infrastruktur Kebun Gizi Apung, tetapi juga memberikan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat Asmat. Pelatihan ini meliputi teknik bercocok tanam, manajemen kebun, hingga cara menjaga keberlanjutan produksi sayur-sayuran. Dengan adanya kebun ini, masyarakat kini memiliki akses langsung ke sayuran segar yang kaya akan nutrisi.

Konsumsi sayuran di kalangan masyarakat meningkat, yang berdampak positif pada kesehatan dan kesejahteraan mereka.

Bahkan, hasil panen sayuran bisa masyarakat jual di pasar. “Kita ajak masyarakat untuk menanam di kebun gizi apung dan puji tuhan itu berhasil. Kangkung tinggi-tinggi sekali, subur, dan banyak.

Mereka konsumsi sendiri, kalau tidak habis sebagian ada yang dijual. Memang tujuan utamanya adalah bagaimana memenuhi kebutuhan anak, karena berlebihan itu jadi income juga buat mereka,” ujar Ibeth.

Selain menyediakan sumber pangan, Kebun Gizi Apung juga menjadi sarana pemberdayaan masyarakat. Melalui program ini, masyarakat Asmat dilibatkan secara aktif dalam seluruh proses, mulai dari penanaman, perawatan, hingga saat waktu panen tiba. Dengan begitu, keterampilan mereka dalam bercocok tanam ikut meningkat.

Subur dan tak pernah gagal panen

Salah satu warga, Norberta mengungkapkan, ia mulai menanam pada tahun 2023. Sejak itu pula, keluarga Norberta jadi sering mengonsumsi sayuran seperti kangkung, bayam cabut, terong, kacang panjang, hingga sawi. “Kita tidak bisa menanam sayur di bawah lagi karena takut air besar. Jadi dari tahun 2023 baru mulai menanam,” ujarnya.

Tanaman sayur milik Norberta sangat subur, meskipun hanya disiram menggunakan air di pagi dan sore hari. “Tidak perlu pakai pupuk. Kita bisa siram-siram air pagi dan sore, tanaman subur.

Tidak pernah gagal panen dan tidak kebanjiran, aman dari air,” tutur Norberta. Warga lainnya Wartelus, mengatakan dengan adanya Kebun Gizi Apung ia bisa menanam beragam jenis sayuran yang nantinya dikonsumsi oleh anak dan cucunya di rumah.

Asupan sayur yang terpenuhi membuat anak dan cucu Wartelus tumbuh sehat. Jenis sayuran yang ditanam Wartelus beragam, seperti kangkung, sawi, kacang panjang, cabai rawit, ketela, tomat. Umumnya, Wartelus bisa memanen hasil berkebunnya hanya dalam waktu satu bulan.

“Saya menanam untuk dikonsumsi keluarga di rumah. Ada kangkung, rica (cabai), sawi, setelah makan badan menjadi sehat,” ujar Wartelus. Melihat keberhasilan awal Kebun Gizi Apung, WVI berencana untuk memperluas program ini ke lebih banyak desa di Kabupaten Asmat. Mereka juga berencana untuk menambahkan berbagai jenis tanaman lain, seperti buah-buahan, rempah-remlah, dan sayuran jenis lainnya, agar masyarakat memiliki variasi makanan yang lebih beragam.

WVI juga terus mencari mitra dan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta, untuk memastikan keberlanjutan program ini. Dengan adanya dukungan yang lebih luas, WVI yakin Kebun Gizi Apung dapat menjadi solusi jangka panjang untuk masalah ketahanan pangan dan gizi di Asmat dan wilayah lainnya di Papua.
 

Sumber: Kebun Gizi Apung, Harapan Baru Ketahanan Pangan Masyarakat Asmat (kompas.com)


Artikel Terkait