Tahun Baru dengan Jantung yang Baru

Tahun Baru dengan Jantung yang Baru

Marini, seorang anak perempuan berusia 13 tahun dari Kabupaten Sintang, sejak lahir harus menghadapi tantangan besar dalam hidupnya. Ia lahir dengan kelainan jantung bawaan serta berat badan rendah yang membuat tubuhnya lebih rentan terhadap penyakit. Ibunya, Yustina (34 tahun), bercerita betapa sulit kehamilan yang ia jalani. Sejak dalam kandungan, Marini sudah menunjukkan tanda-tanda kelemahan. Yustina sering mengalami pendarahan dan gangguan kehamilan, membuatnya selalu dihantui rasa cemas. Ketika Marini berusia tiga bulan, dokter memberikan kabar yang menyedihkan bagi keluarganya. Bukan hanya jantungnya yang bermasalah, tetapi juga paru-paru dan ginjalnya. Saat itu, harapan mereka nyaris pupus. Namun, dengan usaha dan pengobatan yang terus dilakukan, kondisi ginjal dan paru-parunya perlahan membaik.  

Sayangnya, gangguan pada jantungnya masih menjadi tantangan yang harus ia hadapi setiap hari. Terus-menerus berkunjung ke rumah sakit untuk memastikan pengobatan Marini menjadi hal biasa bagi Yustina. Meski memiliki kondisi fisik yang lemah, Marini tetap berjuang untuk sembuh. Tubuhnya yang mungil tidak membuatnya malu, meskipun pada usia 13 tahun, berat badannya hanya 15 kg, sesuatu yang tidak umum untuk anak seusianya. Selama ini, berkat BPJS Kesehatan, pengadaan obat untuk menjaga kondisi jantungnya tetap stabil dapat dilakukan. Namun, operasi jantung menjadi satu-satunya pilihan untuk pemulihan total. Operasi tersebut dapat ditanggung BPJS Kesehatan, tetapi hanya bisa dilakukan di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta. Meskipun biaya pengobatan ditanggung, tantangan lain muncul yakni, biaya transportasi menggunakan pesawat serta akomodasi selama di Jakarta. 

Sebelumnya, orang tua Marini bahkan telah menjual tanah warisan demi membiayai keberangkatan ke Jakarta. Namun, karena antrean operasi yang panjang, mereka terpaksa kembali ke Sintang dengan penuh kekecewaan. "Saya pernah kecewa dengan keluarga karena mereka mengatakan operasi tidak perlu dilakukan karena kondisinya tidak terlalu parah. Mereka khawatir kami akan menghabiskan lebih banyak uang lagi. Padahal, sudah banyak biaya yang dikeluarkan," ungkap Marini. 

Marini merupakan wakil anak Wahana Visi Indonesia di Kabupaten Sintang dan secara rutin dipantau. Dalam setiap pemantauan, staf WVI memastikan perkembangan kondisinya. Selain pemantauan rutin, WVI bekerja sama dengan JYP Entertainment melalui proyek CARE (Complete Assistance for Children Health) akhirnya dapat memfasilitasi kebutuhan biaya transportasi pengobatan Marini. Sejak Februari 2024, Marini pertama kali berangkat ke RSJPD Harapan Kita dan menunggu antrean operasi hingga Oktober 2024. Sayangnya, jadwal operasi terus mengalami perubahan, dari Agustus ke September, kemudian ke November, tanpa kepastian. Melalui proyek ini, tim WVI berinisiatif mendampingi Marini dan ibunya untuk kembali mengurus jadwal di rumah sakit. Akhirnya, pada akhir November 2024, Marini mendapatkan kepastian jadwal operasi yaitu, pada 16 Desember 2024. 

Mendapat kepastian jadwal operasi tentu membuat Marini dan ibunya lega, meskipun bayangan operasi besar tetap menimbulkan kekhawatiran. "Sebagai ibu, saya selalu menginginkan yang terbaik untuk Marini. Sebelum mendapat bantuan, kami sangat gelisah dan hampir menyerah karena tidak memiliki biaya lagi. Kami bahkan telah menjual tanah. Tapi saya selalu berdoa kepada Tuhan, dan akhirnya Tuhan menolong kami melalui WVI yang memberikan bantuan," tutur Yustina. 

Saat hendak memasuki ruang operasi, Marini sempat menangis karena harus berjuang sendirian. Padahal, ia selalu berusaha tampak tegar. Operasi yang awalnya diperkirakan berlangsung selama tiga jam ternyata memakan waktu hampir enam jam, membuat proses penantian semakin mencekam. Operasi selesai pukul 10 malam. Saat pertama kali melihat Marini di ICU setelah operasi, Yustina hampir pingsan karena tak sanggup melihat banyaknya alat-alat medis yang dipasang. Dokter juga menyampaikan bahwa ada kelainan lain pada jantung Marini yang tidak terdeteksi sebelum operasi, sehingga prosedur berlangsung lebih lama. Hal ini meningkatkan kemungkinan proses pemulihan yang lebih lama termasuk masa perawatan di ICU. 

Sepanjang malam, Yustina tidak bisa tidur dan terus berdoa. Keluarga tidak diperbolehkan menjenguk langsung tetapi rumah sakit memberikan informasi setiap sore. Ketakutan yang dirasakan berkurang saat perawat menyampaikan bahwa Marini telah sadar, bisa mendengar suara ibunya, dan kondisinya mulai stabil. Setelah empat malam di ICU, akhirnya Marini dipindahkan ke ruang rawat inap, di mana keluarga sudah bisa menemani. "Seperti mukjizat, bisa menjalani operasi ini. Ini semua karena Tuhan Yesus baik sehingga saya bisa sembuh," ucap Marini saat ditanya setelah berada di ruang rawat inap. 

Marini diperbolehkan keluar dari rumah sakit tepat pada 25 Desember 2024. Hal ini menjadi hadiah Natal yang tak terlupakan bagi Marini dan keluarganya. Kesedihan karena tidak bisa merayakan Natal bersama keluarga tergantikan dengan sukacita akan kesehatannya yang membaik. 

Pada 6 Januari 2025, setelah mendapatkan rekomendasi dokter, Marini akhirnya bisa kembali ke Kabupaten Sintang untuk bertemu ayah dan kakaknya yang dirindukan selama satu bulan proses pengobatan. Saat ini, perubahan positif mulai terlihat pada kesehatan Marini. Jika sebelumnya ia mudah lelah dan sering sakit, kini ia merasa lebih segar dan tidak cepat lelah seperti dulu. Proses pemantauan pascaoperasi akan terus dilakukan hingga enam bulan ke depan, tetapi kondisi saat ini membawa harapan besar bagi Marini, yang bercita-cita menjadi dokter. 

"Terima kasih kepada sponsor yang telah mendukung proses pengobatan saya. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian," ucap Marini saat ditanya pesan untuk para donatur. Saat ini, Marini bahkan sudah bisa mulai sekolah. Kondisi fisiknya yang membaik memungkinkan Marini dapat mengakses banyak hal seperti hak untuk sekolah dan belajar. 

 

 

 

Penulis: Etta Siregar (Manager kantor operasional WVI di Melawi-Sintang, Kalimantan Barat) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive)


Related Articles