Bukan Melulu Karena Banyak Buku
Trivonia Riwu (44) memiliki seorang murid yang tidak semangat sekolah karena waktunya dihabiskan untuk bermain online game. Jorgi Landomari (11), akrab disapa Jorgi, memang terlalu gemar bermain game tapi ternyata ada hal lain yang menarik perhatiannya, yaitu menggambar. Satu waktu, Trivonia yang menjabat sebagai Kepala Sekolah, berkunjung ke rumah Jorgi dan mengajaknya untuk kembali ke sekolah. Pada kunjungan tersebut Trivonia pun menceritakan bahwa sekolah akan merenovasi perpustakaan dan membutuhkan murid yang mampu menggambar dinding perpustakaan. Jorgi pun tertarik.
Satu minggu pertama, Jorgi menghabiskan waktunya hanya untuk menggambar dinding perpustakaan sekolah. Meskipun belum kembali ke kelas, Jorgi senang dengan kepercayaan dan tugas dari kepala sekolahnya. Bersama beberapa murid dan guru, Jorgi terlibat menjadi tim renovasi perpustakaan. Gedung yang tadinya kusam berubah jadi cerah ceria. Dinding luarnya berwarna hijau, bagian dalamnya berwarna-warni dengan gambar-gambar kreasi murid dan guru. Salah satunya adalah gambar Jorgi. Setelah rampung, Jorgi berkata pada Trivonia bahwa ia ingin kembali belajar di sekolah.
Tampak muka gedung perpustakaan sebelum (kiri) dan sesudah diperbaiki (kanan)
Jorgi bersekolah di salah satu SD yang berada di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. Perpustakaan di sekolahnya selama ini beralih fungsi menjadi ruang guru. Perpustakaan jadi antara ada dan tiada, penataannya pun kurang menarik. Mengunjungi perpustakaan saja murid sudah enggan, apalagi sampai duduk membaca buku di sana. “Keadaan perpustakaan kami kurang menunjang proses pendidikan di sekolah. Keadaannya terbatas, baik dari fasilitas maupun ruangan yang warnanya sudah agak pudar. Kondisi perpustakaan di sekolah kami harus mendapat perubahan,” tutur Trivonia.
Saat ini, sebagian besar sekolah di Manggarai Timur belum menata perpustakaan dengan rapi, menarik, dan ramah anak. Guru-guru jarang meminta murid melakukan kunjungan dan kegiatan di perpustakaan. Padahal melalui ragam kegiatan kreatif di perpustakaan dapat menumbuhkan semangat belajar anak di sekolah.
Bermitra dengan 39 sekolah di dua kecamatan, Wahana Visi Indonesia melalui LEGACY Project, membangun wawasan akan perpustakaan ramah anak, serta memperbaiki fasilitasnya. “Kami, guru dan Kepala Sekolah, mendapat materi berkaitan dengan perpustakaan ramah anak. Kami mendapat banyak pengetahuan berkaitan dengan desain perpustakaan yang menarik, menghiasi ruangan dengan warna cerah, gambar, dan kata-kata motivasi. Menjadikan perpustakaan yang aman dan nyaman bagi anak, buku-buku tersusun rapi dan perjenjang usia anak. Serta harus ada karya anak didalamnya, anak-anak bisa berkreasi,” cerita Trivonia. Perpustakaan bukan hanya jadi ruangan atau gedung, tapi lebih utamanya jadi suaka kreativitas anak-anak.
Kegiatan membaca bersama di perpustakaan
Trivonia juga bercerita bahwa ia dan guru-guru tidak pernah membayangkan untuk melakukan kegiatan bersama anak di perpustakaan. Dulu, perpustakaan yang dipenuhi buku sudah jadi standar yang baik. Tapi ternyata, penuh buku saja tidak cukup. Perpustakaan juga harus dipenuhi keterlibatan anak. Trivonia menyaksikan sendiri bagaimana anak-anak yang tadinya enggan belajar mulai menunjukan bakat seni yang selama ini tersembunyi. “Hal ini memberi pencerahan kepada kami bahwa selama ini kami hanya melihat anak-anak kami dari sisi kemampuan kognitifnya saja dan mengabaikan kemampuan lainya,” aku Trivonia.
Setelah anak-anak dan guru-guru berkreasi di perpustakaan selama kurang-lebih satu bulan, akhirnya proses renovasi perpustakaan rampung. Saat ini, perpustakaan di sekolah tersebut sudah memiliki warna baru dan nyaman bagi anak-anak. Jadwal rutin kunjungan ke perpustakaan jadi waktu yang menyenangkan. Anak-anak, termasuk Jorgi, sering mengunjungi perpustakaan. Minat baca anak pun mengalami peningkatan.
Penulis : Isidorus Beny Nanggol (Education Officer Program Organisasi Penggerak Kantor Operasional Manggarai Timur)
Kontributor : Santo Petrus (Koordinator Project Kantor Operasional Manggarai Timur)
Penyunting : Mariana Kurniawati (Communication Executive)