Dari Ladang Musiman ke Kebun Gizi: Perjalanan Ibu Ajun dan Masyarakat Desanya

Dari Ladang Musiman ke Kebun Gizi: Perjalanan Ibu Ajun dan Masyarakat Desanya

Di sebuah desa kecil, Ibu Ajun menjadi sosok inspiratif yang mendorong perubahan besar. Di usia 38 tahun, ia tak hanya dikenal sebagai ibu yang peduli, tetapi juga sebagai motor penggerak kegiatan yang mendukung kesejahteraan anak-anak di desanya. 

Sebelum Wahana Visi Indonesia hadir, kondisi pangan di desa ini sangat bergantung pada musim. Sayuran segar hanya tersedia saat musim berladang, yang berlangsung setahun sekali. Selebihnya, warga harus mengandalkan sayur dari penjual keliling atau mengolah daun ubi yang menjadi makanan pokok. Monoton dan terbatas, itulah gambaran menu makanan masyarakat saat itu. 

"Kalau bukan musim berladang, kami sering hanya makan daun ubi. Meski bergizi, kami juga merasa bosan," kenang Ibu Ajun. Namun, semuanya mulai berubah sejak WVI menginisiasi pelatihan kebun gizi di desa tersebut. Ibu Ajun bersama beberapa ibu lainnya dilatih untuk menanam sayur menggunakan sistem hidroponik. Sistem ini tidak hanya memungkinkan mereka menanam sayur di halaman rumah, tetapi juga membantu meningkatkan pemahaman tentang pentingnya gizi bagi anak-anak. 

"Pelatihan ini membuat saya sadar bahwa menanam sayur itu bukan hanya soal makanan tapi juga soal memperbaiki gizi anak-anak. Kebun hidroponik ini kami sebut sebagai Kebun Gizi karena manfaatnya sangat besar," ujar Ibu Ajun antusias. 

Perubahan nyata mulai terlihat. Kini, kebun gizi bukan hanya menyediakan sayuran segar untuk konsumsi sehari-hari, tetapi juga menjadi peluang ekonomi bagi kelompok ibu-ibu di desa. Mereka menjual hasil panen ke pasar lokal dan membagi sisanya untuk konsumsi anggota kelompok. 

Namun, perjalanan ini tidak sepenuhnya mulus. Hasil penjualan sayur saat ini belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pembibitan ulang dan nutrisi tanaman. Meski begitu, Ibu Ajun dan kelompoknya tetap optimis. "Kami ingin menambah satu bedengan lagi. Kalau punya dua bedengan, satu bisa untuk konsumsi dan satu lagi untuk dijual. Dengan begitu, keuangan kelompok lebih stabil, dan kami tidak perlu mengambil dari kantong pribadi," jelasnya. 

Keberhasilan kebun gizi ini membawa perubahan besar bagi masyarakat desa. Kini, mereka tidak lagi bergantung pada musim atau penjual sayur antar-desa. Di halaman rumah mereka, tumbuh sayuran segar yang kaya gizi—mewujudkan mimpi akan pangan yang berkelanjutan dan hidup yang lebih sehat. 

“Dulu, kami hanya mengandalkan ladang atau membeli sayur. Sekarang, kami bisa menanam sendiri dan bahkan membantu memperbaiki gizi anak-anak kami. Ini semua berkat ilmu yang diajarkan oleh WVI,” tutup Ibu Ajun dengan senyum penuh rasa syukur. 

 

 

Penulis: Anissa Christin Sepenriana (Penyedia Jasa Individu kantor operasional WVI di Sintang) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait