Petak Kecil yang Berharga untuk Ketahanan Pangan
Dua instalasi hidroponik berukuran sekitar 1x2 m nampak di balik sebuah bangunan yang juga sederhana. Kedua instalasi terlihat dibangun seadanya tanpa memamerkan alat-alat berteknologi canggih. Semua yang melihat dapat menyimpulkan jika instalasi ini memang hanya diniatkan untuk menyediakan pangan, tak lebih, tak kurang.
Sekelompok ibu mendampingi saya menuju kebun hidroponik tersebut sembari menceritakan dan mendiskusikan apa saja yang sudah mereka capai. Menakjubkannya, mereka telah berhasil mengolah sayuran hasil panen menjadi makanan enak yang disukai keluarga, contohnya mie hijau. Lebih dari itu, karena hasil panen yang melimpah, sebagian bisa mereka jual. Hasil penjualan menjadi tabungan untuk kebutuhan anak-anak.
Para ibu ini tidak canggung lagi dengan dunia bercocok tanam. Mereka ahli dalam mengenali musim tanam dan memilih jenis tanaman yang cocok. Mereka telah menjelajah hutan untuk mengumpulkan bahan pangan dan menoreh pohon karet di antara lebatnya pepohonan; meskipun demikian, pengenalan sistem hidroponik sederhana ini telah menyentuh dan mengubah banyak aspek hidup mereka.
Sekarang, mereka mampu menyediakan pangan bergizi di tengah musim hujan. Sebelumnya, pangan bergizi tidak selalu tersedia di rumah. Karenaa kebun hidropobik sederhana ini, keluarga-keluarga di Sintang ini bisa mendapat sayuran segar dengan mudah, tidak lagi mengandalkan sayuran yang dibawa penjual keliling. Mereka juga memanen sayuran yang sehat, tanpa insektisida atau fungisida. Semua bahan pangan yang baik ini berasal dari sebuah petak kecil di area rumah.
Pagari Kerentanan Pangan dengan Kebun Rumahan
Dengan perawatan yang tepat, kebun rumahan dapat berkontribusi untuk memerangi ketidakamanan pangan di daerah terpencil maupun termodern di Indonesia. Saat pandemi, berkebun di rumah menjadi salah satu gaya hidup, tetapi ketika kehidupan kembali ke kecepatan normalnya, aktivitas vital dan bermanfaat ini turun pamor. Padahal, berkebun di rumah adalah contoh nyata membangun ketangguhan pangan, langsung dari halaman rumah.
Penelitian telah mendokumentasikan praktik berkebun di rumah sebagai pahlawan yang terlupakan*. Kebun rumahan adalah praktik yang cukup populer di Asia Tenggara tetapi karena industrialisasi, praktiknya jadi lebih komersil. Seharusnya, kebun rumahan terdiri dari beberapa tanaman yang berfungsi memenuhi konsumsi harian rumah tangga. Alih-alih monokultur, pendekatan permakultur serta tumpang sari sederhana akan lebih cocok untuk kebun rumahan. Pendekatan-pendekatan ini akan melayani tujuan kebun rumahan: keragaman makanan untuk setiap keluarga.
Bayangkan jika kita hanya bisa makan satu jenis sayuran untuk waktu yang lama. Apakah kita akan menikmatinya? Bagaimana kita bisa memenuhi kebutuhan nutrisi kita? Apa yang akan terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan anak-anak kita?
Kebun rumahan sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan apa pun. Diperlukan sedikit kreativitas tetapi sepadan dengan usaha yang dilakukan. Kebun rumahan bisa dimulai dengan mengubah balkon apartemen yang sempit menjadi taman gantung yang produktif. Selain enak dilihat, kebun juga menjadi sumber pangan yang sehat, murah, dan segar.
Mungkin momen ini bisa menjadi alarm bagi Anda untuk mulai mengubah halaman rumah menjadi kebun rumahan. Berikut adalah tiga alasan penting untuk mulai berkebun di rumah sekarang.
-
Produk Segar dan Organik:
-
Sayuran yang ditanam di rumah lebih segar dan bergizi daripada produk yang dibeli di toko.
-
Menanam makanan sendiri dapat membantu Anda menghindari pestisida dan bahan kimia berbahaya.
-
Efisiensi Biaya:
-
Berkebun bisa membuat keluarga-keluarga menyedikan bahan pangan sendiri.
-
Anda dapat mengurangi tagihan belanjaan Anda dengan menanam buah dan sayuran sendiri.
-
Manfaat Lingkungan:
-
Kebun rumahan dapat membantu menjaga lingkungan dengan mengurangi distribusi pangan dan emisi karbon.
-
Berkebun juga dapat mendorong keanekaragaman hayati dan menarik serangga bermanfaat ke halaman Anda.
*Sumber: https://worldagroforestry.org/blog/2022/04/28/reinventing-homegarden-research-viet-nam-sets-resilient-future?utm_source=site-search&utm_medium=cifor-icraf-website&utm_campaign=traffic-source
Penulis: Rusmi Wiyati (Food Security and Livelihood Specialist)