Sa Mau, Sa Punya Anak Pintar Membaca

Sa Mau, Sa Punya Anak Pintar Membaca

Darurat literasi terjadi di salah satu kampung di Kabupaten Asmat, Papua. Anak-anak yang tinggal di kampung tersebut memiliki keterampilan membaca yang rendah. Menurut hasil survey yang WVI lakukan, di kampung tersebut, hanya enam anak yang bisa membaca walaupun masih dikategorikan sebagai pembaca pemula. Artinya, anak tersebut sudah bisa membaca namun belum bisa memahami isi bacaan. Sedangkan sebagian besar anak lain masih belum bisa membaca. 

Permasalahan serius ini tidak akan teratasi tanpa kerja sama antara guru, orang tua, masyarakat dan pemerintah kampung. Keterampilan literasi anak-anak di kampung ini dapat berkembang bila semua pihak memfasilitasi kegiatan literasi mulai dari di rumah, sekolah, dan di kampung. Hal ini pun diakui oleh salah satu orang tua yaitu, Bapa Abraham. Ia menyadari, orang tua wajib mendidik anak. Contohnya dengan mendampingi anak belajar membaca di rumah. 

Bapa Abraham menjadi salah satu orang tua yang patut dicontoh karena telah melakukan peran pendampingan pada anak-anaknya. Perubahan ini ia alami setelah mengikuti sesi-sesi kegiatan Parenting Awareness yang difasilitasi oleh WVI. Sebagai ayah dari tiga anak, salah satunya sudah berusia sembilan tahun, dan dua lainnya berusia balita, Bapa Abraham memegang peran krusial dalam mendidik anak-anaknya sejak dari rumah. Bagi anak usia 0-7 tahun, peran orang tua sangat penting sebab orang tualah yang menjadi guru utama bagi anaknya. 

Bapa Abraham memulai kebiasaan baik ini dengan cara yang sederhana namun bermakna. Ia mulai dari lingkungan terdekat dulu. Anak-anak belajar membaca nama-nama hewan atau warna tumbuhan di sekitar rumah. Ternyata ada begitu banyak hal yang bisa dieksplor dari lingungan yang dekat dengan rumah hingga keterampilan literasi anak-anak dapat meningkat. 

Maria, Gori, dan Yulianus, anak-anak Bapa Abraham, juga sangat senang belajar membaca. Namun ada tantangan lain, yaitu akses terhadap bahan bacaan. Anak-anak di Kabupaten Asmat terkendala bahan ajar yang kurang dan juga media bacaan yang sangat terbatas di kampung. Untuk membantu mengatasi kendala ini, para orang tua yang mengikuti kegiatan Parenting Awareness juga diajarkan cara membuat bahar ajar anak atau pojok baca sendiri di rumah. Selain itu, orang tua juga didorong untuk membaca bersama anak.  

“Sa punya harapan buat dong supaya bisa jadi orang yang lebih baik daripada saya, bisa mengejar cita-cita yang diharapkan mereka. Maka saya juga harus membimbing mereka dengan baik dan rajin supaya apa yang sa harapkan dapat terjadi,” ucap Bapa Abraham. Ia juga sangat senang dengan kehadiran staf WVI di kampung untuk membantu mengajar anak-anaknya. 

Kampung tempat Bapa Abraham tinggal pun sudah memiliki Rumah Baca. Ia selalu mendorong anak-anaknya aktif mengikuti kegiatan Rumah Baca agar dapat belajar juga di sana. “Dengan adanya pendampingan seperti ini, sa semakin semangat dalam memberikan pelajaran untuk anak-anak saya,” pungkas Bapa Abraham. 

Kabupaten Asmat, Papua merupakan salah satu wilayah dampingan WVI yang memusatkan transformasi di sektor pendidikan, terutama literasi anak-anak. Kampung Literasi adalah model yang diterapkan. Artinya, kegiatan literasi bukan hanya terjadi di sekolah, tapi juga di rumah dan di kampung. Orang tua dan para pemangku kepentingan di masyarakat ikut terlibat mendukung berbagai kegiatan literasi. Sehingga di mana pun anak berada, ia dapat belajar membaca, serta siapapun dapat menjadi guru membaca. 

Kampung tempat Bapa Abraham tinggal sedang berkembang sebagai Kampung Literasi. Tersedia Rumah Baca sebagai kegiatan non-formal rutin yang mengajak anak-anak membaca atau mendengar cerita. Dan saat ini, melalui kegiatan seperti Parenting Awareness, orang tua didorong untuk mendesain rumah mereka sebagai rumah yang sarat literasi. Salah satunya dengan membuat Pojok Baca di rumah dan mendampingi anak-anak membaca bersama orang tua. 

Harapannya, dengan intervensi yang menyeluruh seperti ini, anak-anak di Kabupaten Asmat, Papua dapat memiliki keterampilan membaca yang komprehensif. Mereka dapat mulai menjajaki mimpi-mimpi besar yang dimulai dari terampil membaca dan memahami isi bacaan. Mari dukung literasi anak-anak di Asmat bersama WVI dan wujudkan lebih banyak Kampung Literasi. 

 

 

Penulis: Alfred Dadi (Field Facilitator kantor operasional WVI di Asmat, Papua) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait