Kegiatan yang Membawa Sukacita bagi Warga Asmat

Kabupaten Asmat di Papua Selatan merupakan salah satu daerah yang paling sulit diakses di Indonesia. Selain itu, kondisi geografis pemukiman anak dan masyarakat juga sebagian besar berupa rawa-rawa. Namun, di tengah tantangan lokasi seperti ini, masyarakat Asmat tetap rindu untuk mempelajari banyak hal baru. Wahana Visi Indonesia (WVI) hadir untuk bertumbuh bersama anak dan masyarakat Asmat. Sama-sama meramu berbagai solusi bagi kebutuhan anak dan masyarakat yang selama ini belum terpenuhi.
Kerinduan dan antusiasme akan wawasan-wawasan baru datang dari seorang ayah dari dua anak bernama Bapak Albert (40 tahun). “Saya senang dengan adanya WVI di kampung. Kami dapat mengikuti berbagai kegiatan yang baik dan juga dapat membangun keterampilan serta karakter supaya lebih baik lagi,” ungkapnya.
Bapak Albert adalah seorang kepala keluarga yang memiliki dua anak yaitu, Matelda (20 tahun) dan Efesus (5 tahun). Sehari-hari, sama seperti sebagian besar laki-laki lain di Asmat, Bapak Albert bekerja sebagai petani. Ia menanam umbi-umbian dan sayur-sayuran di kebunnya. Ia adalah petani yang terampil dan pekerja keras. Di rumah, Bapak Albert adalah sosok ayah yang sangat mendukung pendidikan anak-anaknya. Oleh karena itu, ketika WVI hadir di kampungnya dan memfasilitasi berbagai kegiatan, Bapak Albert sangat senang. Wawasan baru yang ia peroleh dapat menjadi bekal tambahan yang makin mendukung pendidikan anak-anaknya.
Bagi Bapak Albert, kegiatan-kegiatan yang ia ikuti sangat berdampak bagi dirinya dan keluarga. “Awalnya sa (saya) kira ajar anak itu harus marah dan pukul. Tapi setelah mengikuti kegiatan sosialisasi pengasuhan anak ini sa baru tau kalau kasih belajar anak-anak itu harus sabar supaya dong (mereka) mengerti cepat,” ujarnya setelah mengikuti pelatihan Parenting Awareness di desanya.
Selain mengikuti pelatihan pengasuhan, Bapak Albert juga terlibat dalam kegiatan Kebun Gizi Apung. Bukan hanya membangun kebun di dekat rumahnya, Bapak Albert juga mengikuti berbagai kegiatan pendampingan agar hasil kebun juga memberi manfaat ekonomi bagi keluarga. Ia terlibat mulai dari pelatihan mengenai pembibitan, pengolahan makanan sehat, hingga literasi keuangan. Setelah memperoleh wawasan-wawasan tersebut, Bapak Albert terlibat aktif dalam kelompok simpan-pinjam di masyarakat. Kelompok ini menerapkan model simpan-pinjam sederhana yang WVI telah terapkan di berbagai desa dampingan lainnya, yaitu ASKA (Asosiasi Simpan-pinjam untuk Kesejahteraan Anak).
“Kelompok simpan-pinjam ini sangat bagus. Saya merasa terbantu karena gampang untuk kita bisa menabung, peraturan yang di buat di kelompok ini juga adalah hasil kesepakatan kami sendiri. Maka dari itu kelompok ini dapat menyesuaikan dengan kemampuan kami,” tuturnya. Sebelumnya, Bapak Albert sudah pernah mempunyai tabungan tetapi karena terkendala transportasi dan jarak kampung ke bank sangat jauh, ia tidak dapat melanjutkan menabung di bank.
Bagi Bapak Albert, kegiatan-kegiatan WVI memberi sukacita bagi dirinya, keluarganya, dan warga di kampungnya. Para orang tua sudah lebih peduli pada pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Kebutuhan sayuran harian dapat terpenuhi. Ekonomi masyarakat desa juga mulai bergerak karena sudah mulai mengelola keuangan keluarga. Perubahan baik ini dapat terwujud berkat masyarakat Asmat yang hebat serta kerja sama yang baik dengan WVI.
Penulis: Alfred Robert Dadi (Fasilitator Lapangan untuk kantor operasional WVI di Asmat, Papua Selatan)
Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive)