Pangan Lokal dan Potensinya untuk Penuhi Gizi Anak

Pangan Lokal dan Potensinya untuk Penuhi Gizi Anak

Pos Gizi merupakan salah satu inovasi strategis yang dirancang untuk mempercepat perbaikan status gizi anak secara cepat, sehat, dan berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya, kelas Pos Gizi tidak hanya fokus pada pemberian makanan bergizi, tetapi juga membentuk kebiasaan positif bagi orang tua melalui empat pilar utama. Pertama, orang tua terlebih dulu memahami nutrisi yang tepat dan sehat untuk anak. Kedua, orang tua menerapkan pola asuh yang baik dalam mendampingi anak makan. Ketiga, menjaga kebersihan lingkungan dan perilaku hidup bersih. Dan keempat, orang tua harus aktif memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan saat anak mengalami gangguan kesehatan. Ketika keempat aspek ini diterapkan secara konsisten oleh orang tua, maka keberhasilan program Pos Gizi akan semakin besar dan berdampak nyata bagi tumbuh kembang anak. Salah satu dampak nyatanya dialami oleh keluarga Bapak Sisko yang tinggal di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur. 

Sehari-hari Bapak Sisko bekerja sebagai petani. Ia juga suka mencari belut dan ikan air tawar di sungai untuk menambah penghasilan keluarga. Hasil tangkapannya biasa dijual karena ia merasa tidak aman untuk dikonsumsi anak-anak. “Saya takut mereka alergi,” katanya. 

“Suatu hari, tenaga kesehatan desa datang dan memberi tahu kalau anak saya, Sisko, akan masuk ke kelas Pos Gizi karena statusnya kurang gizi. Saat itu, saya sedih dan khawatir tapi juga bersyukur karena ada harapan untuk membantu anak saya lebih sehat,” ceritanya. Nakes tersebut menjelaskan pada Bapak Sisko bahwa kelas Pos Gizi merupakan bentuk pendampingan yang baik di mana orang tua akan belajar banyak hal penting terkait gizi anak. 

Sebagai seorang ayah, Bapak Sisko tidak ragu untuk berpartisipasi penuh. “Selama pelaksanaan Pos Gizi, dari hari pertama hingga pemantauan di hari ke-30, 60, dan 90, saya sendiri yang selalu mengantar dan mendampingi anak saya. Saya ingin benar-benar belajar dan memastikan anak saya mendapatkan yang terbaik,” ungkap laki-laki berusia 35 tahun ini. 

Di kelas Pos Gizi, ia belajar banyak hal baru. Ternyata, makanan anak harus mengandung protein, sayuran, dan buah, sesuatu yang selama ini jarang ia berikan di rumah. Yang paling mengejutkan bagi Bapak Sisko adalah ketika tenaga gizi menjelaskan bahwa belut air tawar, yang selama ini ia jual, ternyata sangat tinggi kandungan proteinnya dan sangat baik untuk anak-anak. 

“Saya merasa seperti disadarkan. Selama ini saya melewatkan sumber gizi yang ada di depan mata. Sejak saat itu, saya dan istri mulai memasukkan belut ke dalam menu makanan anak kami di rumah. Kami mengolahnya dengan cara yang diajarkan di kelas, dan ternyata anak saya suka. Kekhawatiran saya soal alergi pun tidak terbukti. Anak saya makan dengan lahap dan tidak menunjukkan reaksi apa pun,” ujarnya. 

Dengan setia, Bapak Sisko mempraktikkan ilmu dari Pos Gizi setiap hari. Ia sangat bersyukur ketika upayanya mulai menunjukkan hasil nyata. “Berat badan anak saya yang awalnya 9,7 kg naik menjadi 10,7 kg setelah 90 hari mengikuti kelas Pos Gizi. Pos Gizi bukan hanya menolong anak saya keluar dari masalah gizi, tapi juga mengubah cara pandang saya sebagai orang tua. Saya belajar bahwa makanan bergizi tidak harus mahal, kadang justru ada di sekitar kita, hanya saja kita belum tahu nilainya,” pungkas Bapak Sisko. 

Bapak Sisko dan keluarganya tinggal di salah satu desa dampingan Wahana Visi Indonesia. Kegiatan Pos Gizi di desa Bapak Sisko merupakan hasil kerja sama WVI dengan mitra lokal, Yakkestra, dengan para tenaga kesehatan setempat. 

 

 

Penulis: Yuliana Pesa (Staf lapangan kantor operasional WVI di Nagekeo) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait