Wahana Literasi, Harapan Anak Sentani Bisa Baca Tulis

Sentani: Tak bisa baca tulis pada anak-anak di Sentani, Kabupaten Jayapura masih menjadi masalah serius. Rendahnya tingkat baca tulis ini lantaran banyak anak tidak sekolah.
Ada berbagai faktor orang tua tidak menyekolahkan anak-anaknya. Selain biaya, masih banyak orang tua membiarkan anak-anaknya tidak sekolah.
Adapula anak yang mesti membantu orang tua mereka bekerja. Kalaupun pergi sekolah, mereka tidak mendapat pendampingan di rumah sehingga waktu untuk anak kurang.
"Bahkan ada kasus sampai anaknya sudah SD, SMP, SMA disuruh orang tuanya setop sekolah karena engga bisa baca. Mereka percaya itu kutukan, sudah sekolah enggak bisa baca. Jadi, sekolah tidak bisa baca itu memang terjadi," beber Koordinator Wahana Visi Indonesia (WVI) Area Sentani-Sarmi, Paulus Numberi, saat berbincang di Sentani, Kabupaten Jayapura, Senin, 26 Mei 2025.
WVI hadir membuka harapan anak-anak di Sentani bisa baca tulis. Salah satunya melalui program Wahana Literasi lewat rumah baca yang tersebar di kampung-kampung di wilayah itu.
“Pendekatan yang kita lakukan di Sentani pada pendidikan, mengupayakan anak itu mendapat hak pendidikan secara utuh,” ujar Paul.
Paul menuturkan WVI tidak hanya menyasar pada pendidikan informal tapi juga formal. Ini dilakukan dengan tujuan pemenuhan kebutuhan anak dalam hal pendidikan bisa terpenuhi.
Dalam hal pendidikan informal, WVI merekrut pendampingan anak sponsor mulai dari usia 2 atau 5 tahun sampai 10 tahun. Pihaknya melakukan pendekatan melalui rumah rumah baca, di mana anak-anak belajar sambil bermain.
Dia menuturkan bila di rumah-rumah baca diterapkan belajar secara utuh tidak sesuai. Apalagi, berdasarkan asesmen yang dilakukan oleh WVI terkait Wahana Literasi, anak-anak lebih senang bermain dalam usia mereka.
"Kalau kita seriusi dengan belajar, yang kita tekankan harus belajar kayaknya kurang gitu berdampak,” ujar dia.
Sementara itu, pada pendidikan formal, WVI bekerja sama salah satunya dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui POP (Program Organisasi Penggerak). Progam ini berjalan selama tiga tahun dengan intervensi langsung ke guru.
Paul menuturkan guru dilatih terkait lima keterampilan dasar membaca. Sehingga, pada akhirnya anak bisa membaca dengan pemahaman.
“Jadi memang untuk datang mengajar mereka langsung ke kelas itu memang tidak dilakukan. Kita lebih menyiapkan orang, kemudian mengkaderkan baru mereka berproses, baik guru, pendamping, dan tutor,” ujar dia.
Setelah melakukan pendampingan bidang pendidikan sejak 2012 di Sentani, hasil nyata terlihat betul. Dia menuturkan dalam program POP, intervensi WVI mampu meningkatkan tingkat membaca di 81 sekolah.
“WVI melakukan intervensi dengan mengukur modul bagaimana guru-guru ketika melakukan pembelajaran, menyiapkan ruang kelas yang nyaman, bagaimana cara mengajarkan mulai bentuk huruf, bunyi huruf, membaca, sampai membaca dengan pemahaman itu mengalami peningkatan ketika kita mendampingi selama tiga tahun, pendampingannya cukup signifikan,” ujar dia.
Hal yang sama terjadi pada anak-anak yang ikut rumah baca dampingan WVI. Dia menyebut hasil nyata terlihat di kampung-kampung yang memiliki rumah baca dan kampung yang tidak memiliki rumah baca.
“Jadi, kampung-kampung yang ada rumah baca, ketika mereka berproses di rumah baca dan kita berkegiatan dengan mereka di sekolah, anak-anak itu lebih paham, lebih mudah diatur, lebih mudah kata-kata yang kita sampaikan, lebih berani juga berbicara di depan. Dan itu kita bisa menarik kesimpulan memang pasti pengaruh dari rumah baca,” ujar Paul.
Paul menuturkan selama kegiatan rumah baca, anak diajak membaca buku, berkegiatan bersama, memimpin doa, memimpin lagu. “Kita bandingkan ada lima kampung yang kita datang, perbedaannya jelas sekali ketika yang sudah berproses cukup lama," beber dia.
Anak-anak mudah diminta diam ketika sudah sangat ribut. Berani maju ke depan tanpa paksaan dan ditunjuk. Mereka juga paham ketika dijelaskan soal kegiatan yang akan dilakukan.
"Beda dengan yang belum, baru, atau belum menerapkan rumah baca. Pendampingan rumah baca dengan waktu yang belum lama itu agak sulit memang, mau suruh diam aja susah,” ungkap Paul.
Sumber: Wahana Literasi, Harapan Anak Sentani Bisa Baca Tulis