Bagaimana Suara Anak Didengar Hingga Pemangku Kepentingan?
![Bagaimana Suara Anak Didengar Hingga Pemangku Kepentingan?](https://eproc.wahanavisi.org/userfiles/post/67a08378d64ef.png)
Berawal dari tertarik, Celsy tidak menyangka kalau ternyata keputusannya bergabung dalam Forum Anak di desa dapat mengubah hidupnya. Dari seorang anak perempuan yang minder, tinggal di salah satu desa terjauh di Indonesia, hingga bisa melakukan aksi advokasi untuk pemenuhan hak anak-anak di desanya, itulah transformasi Celsy. Perjalanan suaranya berawal dengan ia menyadari bahwa seorang anak ternyata memiliki hak.
Perlahan Celsy bersama teman-teman di Forum Anak Manggarai Timur (Formatim) mulai belajar mengenai hak anak. Dalam pertemuan-pertemuan Formatim, Celsy mengenal Konvensi Hak Anak serta bagaimana penerapannya dalam hidup sehari-hari. Ia dan teman-temannya juga dilatih berbagai keterampilan yang nantinya mendukung usaha Celsy untuk memperjuangkan haknya dan anak-anak lain.
“Bukan hanya ilmu yang saya dapat, tetapi saya juga bisa mengembangkan kemampuan saya seperti public speaking, menari, pantomim, drama dan masih banyak lagi. Saya pernah menjadi MC pada saat pemilihan ketua pengurus baru Formatim periode 2022-2023, saya mampu mengembangkan kemampuan berbicara saya di depan orang banyak. Kakak-kakak WVI yang telah melatih kami,” ungkap anak yang baru berusia 15 tahun ini.
Forum Anak sendiri menjadi wadah bagi anak-anak di desa untuk mengenal dan menerapkan apa yang disebut dengan partisipasi anak. Anak-anak menyuarakan bagaimana fungsi mereka di tengah masyarakat desa. Anak-anak membuktikan bahwa mereka bukan anggota masyarakat yang tidak layak diikutsertakan dalam aktivitas-aktivitas di desa, tapi mereka justru memiliki suara dan pandangan yang penting untuk kemajuan desa. Selain itu, yang tak kalah penting adalah Forum Anak menjadi wadah yang dapat menumbuhkan kepercayaan dalam hati setiap anak bahwa anak adalah sosok yang berharga, sosok yang mampu menjadi agen perubahan, dan perubahan yang lebih besar dapat terjadi bila anak-anak sendiri pun mengalami transformasi dalam kepribadian dan kehidupan mereka.
Wawasan dan keterampilan yang Celsy peroleh melalui Formatim menjadi bekal yang bermanfaat ketika ia harus menghadapi kasus kekerasan seksual yang dialami teman sebayanya. “Karena orang tuanya pernah melakukan kekerasan kepada teman saya, lalu dia macam tidak dianggap sebagai anak. Kami berusaha mendekati tetapi ia masih menutup diri,” tutur Celsy. Menyadari bahwa peristiwa ini mencabut hak seorang anak untuk dilindungi, Celsy merasa memiliki semangat untuk memperjuangkan hak setiap anak di desa. Ia ingin melihat bahwa anak perempuan di desanya hidup aman, jauh dari depresi dan rasa hancur.
Tiadanya ruang bermain yang tersedia juga membuat Celsy miris. Kondisi tersebut membahayakan anak-anak karena bisa berujung kematian. “Tahun 2023 lalu, ada anak yang tenggelam dan terbawa arus sungai karena tidak adanya ruang bermain di sekitar rumah,” imbuhnya. Sejak mengikuti Formatim yang difasilitasi oleh WVI, Celsy juga makin sadar bahwa anak-anak di sekitarnya hidup dilingkupi berbagai isu. Runtutan peristiwa yang menyinggung hak anak inilah yang membuat Celsy makin tertarik untuk mendalami seluk-beluk pemenuhan hak anak. Ia ingin mengetahui, apa yang menyebabkan isu anak kerap muncul di sekitarnya.
Menjadi seorang peneliti anak menjadi jawaban bagi Celsy. Ia tidak perlu berpikir dua kali ketika diminta untuk terlibat dalam kegiatan Child-Led Research atau Penelitian yang Dipimpin oleh Anak. Celsy bersama tim peneliti anak melakukan pengambilan data langsung di desa. Dari data-data yang terkumpul, mereka menemukan alasan dibalik isu yang melanda anak-anak di salah satu desa di Manggarai Timur ini. “Kami menggali dari isu-isu anak yang sering terjadi. Kami mengambil data-data anak remaja yang tidak minum tablet tambah darah, dampak pernikahan dini, dan kekerasan seksual,” tambah Celsy.
Hasil penelitian yang merupakan suara anak-anak ini sangat berharga di mata Celsy. Hal ini mendorongnya untuk berani melakukan advokasi kepada pemimpin daerah. Didampingi Wahana VIsi Indonesia, Celsy dan Formatim menyampaikan suara dan harapan mereka kepada Pejabat Bupati Manggarai Timur dan beberapa jajaran pemangku kepentingan lain. Dengan tutur bahasa yang jelas dan sederhana, Celsy memimpin teman-temannya, menyampaikan keprihatinannya terhadap situasi anak-anak Manggarai Timur yang berlandaskan pada penelitian yang valid.
“Dua belas kecamatan pernah membentuk Forum Anak namun belum berjalan karena belum ada dukungan operasional dan perlu mendapat dukungan dari pihak kecamatan. Pengaruhnya, isu-isu anak dari setiap desa dan kecamatan tidak diakomodir, karena Forum Anak tidak berjalan. Sedangkan Forum Anak Desa baru ada di 20 desa,” tegas siswi yang dikenal murah senyum ini saat melakukan audiensi dengan pemerintah daerah.
Suara anak-anak pun didengar. PJ Bupati Manggarai Timur Ir. Boni Hasudungan menyatakan, “Saya sangat mendukung anak-anak kita ini. Menurut saya, bisa dianggarkan dalam program-program dinas. Saya berharap Forum Anak bisa menolong anak-anak lainnya dari tindak kekerasan seperti kekerasan seksual dan bully,” ujarnya, disambut ekspresi bahagia Celsy dan teman-temannya.
Celsy, seorang anak perempuan pemalu, kini sudah berhasil menjadi anak perempuan yang berjuang untuk hak anak-anak lain. “Sekarang saya lebih bisa membantu memberi pendapat dan menjelaskan dampaknya. Saya kaya sebagai guru untuk teman remaja. Saya juga lebih berani untuk berbicara di depan banyak orang, terlebih untuk menyuarakan isu-isu yang sering terjadi,” ungkap siswi kelas 10 ini.
Celsy juga menyampaikan bahwa ia bisa berpikir lebih jauh lagi demi masa depan anak-anak Manggarai Timur. “Saya akan membuktikan kepada Manggarai Timur bahwa Forum Anak selalu bisa menyuarakan isu-isu anak. Semoga dengan kami memberi sosialisasi kepada sekolah-sekolah, akhirnya isu-isu anak bisa berkurang. Dan juga, pemerintah bisa merealisasikan semua harapan anak-anak Manggarai Timur,” harapnya. Saat ini, Celsy dikukuhkan oleh Bupati sebagai Ketua Forum Anak Manggarai Timur periode 2024-2025.
Penulis: Ignatius Anggoro (Manager kantor operasional WVI klaster Manggarai)
Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive)